27.4 C
Mataram
Rabu, 16 Juli 2025
BerandaDaerahNTBJAPNAS NTB Gempur Stunting dengan Beras Fortifikasi

JAPNAS NTB Gempur Stunting dengan Beras Fortifikasi

Mataram (Inside Lombok) – Jaringan Pengusaha Nasional (JAPNAS) Wilayah NTB mengambil langkah nyata dalam mendukung dan menekan angka stunting di NTB. Pasalnya tantangan gizi masih membayangi masa depan anak-anak di NTB. Meski mencatat penurunan tercepat secara nasional, prevalensi stunting di provinsi ini masih berada di angka 24,6 persen, lebih tinggi dari rata-rata nasional yang telah turun menjadi 21,5 persen.

Tak hanya itu, anemia pada remaja putri dan ibu hamil masih meluas di banyak daerah, memperkuat risiko berulangnya stunting antar generasi. Dalam hal ini, JAPNAS Wilayah NTB menandatangani nota kesepahaman dengan PT Jatim Grha Utama (PT JGU), BUMD milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Kolaborasi ini menjadi langkah awal pengembangan produksi beras fortifikasi di NTB sebagai bagian dari kontribusi dunia usaha dalam memperbaiki gizi masyarakat.

“Perbaikan kualitas gizi bukan hanya urusan pemerintah. Tapi pengusaha daerah juga harus ikut turun tangan. JAPNAS NTB hadir untuk berkontribusi nyata agar anak-anak NTB tumbuh sehat dan cerdas,” ujar Ketua Umum JAPNAS NTB, I Made Agus Ariana, Kamis (10/7).

Inisiatif ini turut mendukung arah kebijakan nasional sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029, terutama pada kegiatan prioritas nomor 9 tentang pengembangan pangan lokal dan nabati, serta prioritas nomor 10 tentang penguatan fortifikasi dan biofortifikasi pangan. Untuk produksi beras fortifikasi direncanakan dilakukan pada sentra-sentra beras lokal untuk menekan biaya distribusi sekaligus menjaga keterjangkauan harga.

Produk beras fortifikasi yang dikembangkan akan mengacu pada SNI 9314:2024, dengan penambahan satu persen kernel fortifikan yang mengandung zat besi, asam folat (vitamin B9), vitamin B12, dan zinc. Kombinasi mikronutrien ini penting untuk mencegah anemia, mendukung tumbuh kembang anak, menjaga fungsi saraf, serta meningkatkan daya tahan tubuh.

“Beras fortifikasi ini dapat dikonsumsi oleh seluruh kelompok usia, mulai dari anak-anak usia sekolah, remaja, ibu hamil, sampai lansia yang membutuhkan asupan vitamin dan mineral untuk menjaga kesehatan harian,” jelasnya.

Selain untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga, beras fortifikasi juga akan diarahkan untuk mendukung program bantuan pangan dan intervensi sosial, seperti program Makanan Bergizi untuk Generasi Emas (MBG), serta tersedia di pasar umum untuk konsumsi harian.

“Langkah kolaboratif antara JAPNAS NTB dan PT JGU ini menjadi contoh, bagaimana kami pengusaha daerah mampu menjadi bagian penting dalam menjawab tantangan pembangunan gizi di Indonesia,” ungkapnya.

Lebih lanjut, dengan semangat gotong royong, teknologi pangan, dan dorongan kebijakan yang berpihak, NTB bersiap menjadi pelopor produksi beras fortifikasi di kawasan timur Indonesia. “Harapannya agar generasi NTB tumbuh sehat, produktif, dan siap menyongsong Indonesia Emas 2045,” imbuhnya.

Sementara itu, dari pengalaman sejumlah negara menunjukkan fortifikasi pangan, khususnya beras, mampu memberikan dampak signifikan terhadap perbaikan gizi masyarakat. Di Indonesia, beras fortifikasi masih dikategorikan sebagai beras khusus, dan belum memiliki Harga Eceran Tertinggi (HET). Kendati demikian, JAPNAS NTB bersama PT JGU menyatakan komitmennya untuk memastikan produk ini tetap dapat dijangkau oleh semua kalangan.

“Beras fortifikasi bukan barang mewah, ini merupakan kebutuhan dasar. Kami memastikan produk ini akan hadir di pasar dengan harga yang wajar dan terjangkau, bahkan untuk keluarga berpenghasilan rendah,” ujar Direktur Utama PT Jatim Grha Utama, Mirza Muttaqien. (dpi)

- Advertisement -


Berita Populer