Mataram (Inside Lombok) – Pemerintah menargetkan bisa mencapai net zero emisi atau nol emisi karbon di 2050 mendatang. Guna mewujudkannya, maka kebijakan yang mendukung sudah harus dimulai dari sekarang, salah satunya dengan pembatasan penggunaan kendaraan berbahan bakar minyak.
Akademisi sekaligus Dosen Teknik Elektro Unram, Rosmaliati mengatakan saat ini penggunaan kendaraan bermotor khususnya roda dua makin masif. Anak-anak sekolah mulai dari tingkat SMP sudah banyak yang menggunakan kendaraan pribadinya. “Pada penerimaan mahasiswa baru itu penuh kendaraan bermotor itu. Kebijakan pemerintah untuk zero emisi tapi di sektor transportasi agak lambat,” katanya.
Menurutnya, pertumbuhan kendaraan sepeda motor sangat tinggi sehingga harus ada kebijakan untuk mengatur sistem pembelian kendaraan. Karena saat ini, meski keuangan masyarakat terbatas sudah bisa memiliki sepeda motor. “Setiap rumah tangga saat ini punya sepeda motor. Berapa motor dalam rumah bisa beberapa motor. Karena begitu anaknya sudah bisa naik sepeda motor langsung dibelikan,” ucapnya.
Guna mengurangi penggunaan kendaraan pribadi tersebut khususnya bagi anak sekolah, penggunaan angkutan publik harus menjadi solusi. Karena tidak saja mengurangi penggunaan kendaraan pribadi tetapi juga menghidupkan kembali angkutan publik yang saat ini hampir mau mati.
“Sekarang dengan bertumbuhnya sepeda motor yang banyak itu, angkutan umum tidak jalan. Kenapa tidak dialihkan saja untuk antar jemput anak sekolah. Kayak mobil sekolah,” katanya.
Penggunaan angkutan umum untuk anak sekolah ini nanti bisa menggunakan sistem zonasi. Artinya, pada zona tertentu ada angkutan umum yang khusus menjemput anak-anak sekolah. “Dibuat zonasi. Ini memang agak ribet tapi harus diupayakan dan menghidupkan kembali bemo-bemo itu,” sarannya.
Untuk menarik minat para siswa naik angkutan umum menurutnya harus ada revitalisasi. Dengan begitu, angkutan umum bisa lebih cantik dan tidak terlihat tua. “Tentu direvitalisasi bemonya tidak terlihat tua seperti sekarang. Itu isinya 10–12 orang dan itu kan bagus,” katanya.
Emisi yang bersumber dari kendaraan bermotor menurutnya tidak ada perubahan. Kebijakan yang saat ini dinilai sudah mulai berjalan yaitu penggunaan jenis bahan bakar antara Pertalite dan Pertamax. “Kalau Pertamax faktor emisinya lebih rendah jadi itu langkah kecil,” katanya.
Sementara terkait dengan penggunaan kendaraan listrik yang mulai digencarkan saat ini disebut belum masif. Karena tidak ada puishman yang diberlakukan jika tidak menggunakan kendaraan listrik. “Pertimbangan harga juga sih tidak bisa orang langsung beralih begitu saja. Walaupun punya duit teknologi baterainya juga dari sisi ekonomi itu setengah dari harga mobil listrik,” katanya. (azm)