Mataram (Inside Lombok) – Provinsi NTB menargetkan bisa mencapai Net Zero Emission (NZE) atau bebas emisi karbon di tahun 2050. Upaya ini juga didukung PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan berupaya mewujudkan dekarbonisasi sebagai salah satu bentuk komitmen pencapaian Net Zero Emission (NZE) atau Nol Emisi Karbon.
Kolaborasi dilakukan salah satunya dengan pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) dengan menggunakan biomassa untuk pengganti batubara (Co-Firing) di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Dimana pemakaian Biomassa sepanjang 2023 untuk pengganti batubara (Co-Firing) di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang mencapai angka 11.015,36 Ton atau naik sebesar 87,41 persen dari tahun sebelumnya.
“Untuk berubah dari sesuatu hal yang konvensional tentu tidak mudah. Kami diberikan tugas untuk mengawal green energy menjadi NZE di tahun 2050, tapi ketika masyarakat secara bahu membahu untuk mewujudkan ini, kami sangat yakin kedepan bisa kita capai,” ujar Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi NTB, H. Sahdan, Selasa (3/9).
Dalam mewujudkan NZE ini tidak hanya PLN saja yang berjuang, tapi masyarakat pun selaku penyedia barang-barang ini (biomassa) juga saling bahu membahu. Karena ini adalah bahannya mudah didapat dan ada sekitar masyarakat. Seperti bahan baku biomassa ini adalah dari bonggol jagung, bahan-bahan ini sangat melimpah.
“Masyarakat NTB mungkin bertanya, kalau hanya bonggol jagung mungkin tidak selamanya tersedia, memang betul. Tapi ada juga bahan-bahan lain bisa meng-carry over dengan tanaman energi,” terangnya.
Tanaman energi yang dimaksud yakni seperti gamal, akasia dan pohon-pohon lain yang punya potensi yang direkomendasikan untuk terus lakukan penanaman, budidaya segala macam. Dimana ini butuh peran masyarakat semuanya.
“Kalau kita sudah bergerak, masyarakat, pemerintah, PLN selaku stakeholder yang menangani ini, yakin kedepan green energy ini bisa kita peroleh dengan sebaik-baiknya,” bebernya.
General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTB, Sudjarwo menyebutkan bahwa pemakaian Biomassa di Pulau Lombok pada tahun 2023 mencapai 8.581,14 Ton atau meningkat sebesar 103,20 persen sedangkan pemakaian Biomassa di Pulau Sumbawa mencapai 2.434,22 Ton atau meningkat sebesar 47,12 persen. Hal ini merupakan upaya dekarbonisasi menuju Net Zero Emission.
“Penggunaan Biomassa pada proses co-firing di PLTU di NTB cukup menggembirakan. Pemakaian Biomassa sebesar 11.015,36 Ton selama tahun 2023, mampu menghasilkan listrik sebesar 8.267 MWh atau sebesar 128,77 persen,” ujarnya.
Produksi listrik dari proses co-firing Biomassa sendiri sebesar 7,21 persen dari produksi listrik energi baru terbarukan di NTB. Komposisi penghasil energi bersih terbesar memang masih dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH) yakni sebesar 49,56 persen dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 43,24 persen.
“Meskipun lebih rendah daripada PLTS, penggunaan Biomassa ini mampu berfungsi sebagai base load sistem kelistrikan, yakni tidak terbatas waktu penggunaan selama sumber bahan bakunya tersedia,” tandasnya. (dpi)