23.3 C
Mataram
Senin, 21 Juli 2025
BerandaDaerahNTBSektor Tambang di NTB Bisa Terdampak Kebijakan Donald Trump

Sektor Tambang di NTB Bisa Terdampak Kebijakan Donald Trump

Mataram (Inside Lombok) – Presiden Amerika Serikat yakni Donald Trump akan kembali menghadirkan kebijakan proteksionisme perdagangan internasional. Kebijakan ini bisa berdampak pada ekonomi Indonesia, termasuk di NTB, terutama pada sektor pertambangan. Mengingat NTB mempunyai perusahaan tambang yang cukup besar.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) NTB, Berry Arifsyah Harahap mengatakan Donald Trump yang terpilih kembali sebagai Presiden Amerika Serikat mulai mengutamakan produk dalam negeri dan membatasi imigrasi memang berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi AS dalam jangka pendek. Namun, di sisi lain, kebijakan ini juga berdampak pada penurunan permintaan global, terutama terhadap komoditas seperti tembaga.

“Pertumbuhan ekonomi Amerika meningkat, cuma itu untuk dirinya sendiri. Tapi memberikan dampak kepada negara-negara yang mengimpor, terutama dari China. Ini yang sebenarnya akan berdampak langsung ke Indonesia dan NTB,” ujarnya.

Selama ini Amerika Serikat mengimpor produk-produk energi, tambang, mineral akan turun, seiring dengan kebijakan tersebut. Kemudian ada pembatasan imigrasi dan ada pemotongan pajak dengan nilai cukup besar. NTB, dengan potensi tambang tembaganya yang cukup besar, menjadi salah satu wilayah yang paling rentan terhadap dampak kebijakan ini.

“Perusahaan-perusahaan tambang besar dunia, yang memiliki operasi di Chili, Papua, dan NTB, tentu akan menyesuaikan produksinya seiring dengan penurunan permintaan global. Hal ini berpotensi menurunkan kinerja sektor pertambangan di NTB,” terangnya.

Dampak tersebut yang kemungkinan terlihat kedepannya pada sektor pertambangan di NTB. Bahkan bisa menjadi ancaman terhadap pertumbuhan ekonomi NTB karena penurunan permintaan terhadap tembaga akan berdampak langsung pada pendapatan daerah dari sektor pertambangan, serta berpotensi mengurangi jumlah lapangan kerja. “Kita sudah melihat tanda-tandanya pada triwulan II tahun 2023, di mana pertumbuhan ekonomi NTB mengalami kontraksi. Ini menjadi alarm bagi kita semua,” tegasnya.

Kendati demikian, NTB dapat melakukan diversifikasi ekonomi sebagai solusi menghadapi tantangan ini. Berry menekankan pentingnya diversifikasi ekonomi bisa dilakukan. Karena NTB mempunyai potensi dari non tambang agar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Sektor pertanian dan pariwisata memiliki potensi besar untuk menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi NTB di masa depan. Pariwisata, misalnya, dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru yang menjanjikan,” jelasnya. (dpi)

- Advertisement -


Berita Populer