25.5 C
Mataram
Minggu, 24 November 2024
BerandaDaerahNTBUbah Kebiasaan Makan Nasi, Gerakan Diversifikasi Pangan Harus Mulai dari Sekolah

Ubah Kebiasaan Makan Nasi, Gerakan Diversifikasi Pangan Harus Mulai dari Sekolah

Mataram (Inside Lombok) – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) beberapa waktu lalu telah meminta masyarakat secara umum menghindari ketergantungan serta mengurangi konsumsi pada satu produk pangan, misalnya beras. Masyarakat dinilai perlu terbiasa mengkonsumsi bahan pangan pokok lain seperti ubi, sorgum, jagung hingga sagu. Kendati, kebiasan ini tidak bisa dilakukan begitu saja. Melainkan butuh adanya edukasi kepada masyarakat, dan harus dimulai dari tingkat sekolah.

Praktisi pertanian NTB, Sugiarta mengakui memang perlu adanya dorongan agar masyarakat memiliki alternatif pangan pokok selain beras. Termasuk dengan mendorong masyarakat memperbanyak konsumsi buah, sayur, dan umbi-umbian. Namun upaya diversifikasi pangan ini bukan hal yang mudah, apalagi masyarakat Indonesia secara umum sudah terbiasa mengkonsumsi beras.

“Gerakan penganekaragaman pangan dan kebijakan pemerintah ini harus mulai didorong di lingkungan sekolah. Contoh dengan membuat makanan sehat di sekolah, edukasi ini paling cepat, karena perubahan perilaku itu sangat cepat,” jelas Sugiarta, Senin (9/10).

Lebih lanjut, keanekaragaman makanan ini dapat terintegrasi dalam sebuah kurikulum. Jika penerapan kebiasaan masyarakat mengurangi konsumsi beras lebih cepat. Meskipun keanekaragaman makanan yang diolah ini bisa sebagian menggantikan beras.

“Memang tidak bisa diganti sepenuhnya tapi mengurangi. Ini pembelajaran edukasi bagi anak-anak muda, saat ini sudah mulai bisa memilih menu-menu olahan selain beras,” terangnya.

Jika melihat kebutuhan anak muda zaman sekarang, disebutnya tidak lagi mengkonsumsi banyak nasi. Justru mereka lebih memilih olahan-olahan yang dari nabati, hewani, sayuran dan lainnya. Terlebih bagi mereka yang ingin menjaga kondisi kesehatan tubuh dengan mengkonsumsi karbo yang bersumber selain dari beras.

“Anak- anak sekarang sudah peka terhadap bagaimana dan sudah bisa memilih. Contoh kalua monton saja makanan, tidak mau dia, jadi dia memilih olahan makanan lain. Inilah kita perlu edukasi, sehingga mereka bisa mengolah pangan lain selain beras,” paparnya.

Untuk itu penganekaragaman pangan atau diversifikasi pangan ini sangat sangat tepat untuk dilakukan. Di NTB sendiri untuk ketersedian beras masih mencukupi dan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat akan beras.

“Terkait dengan tambahan makanan alternatif diversifikasi pangan sangat tepat. Kita lihat daerah industri seperti Jawa juga demikian, sudah mulai mengurangi beras. Sekarang kita coba terapkan secara pelan-pelan,” demikian. (dpi)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer