Mataram (Inside Lombok) – Seri MotoGP telah dua kali digelar di Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah. Berbagai pembenahan dan evaluasi pun terus dilakukan untuk menyukseskan gelaran balap motor kelas dunia di sirkuit kembanggaan Indonesia yang ada di Pulau Lombok itu.
Kemegahan Sirkuit Mandalika saat ini tidak lepas dari perjalanan panjang yang telah dilalui. Managing Director ITDC Mandalika 2019-2020, I Wayan Karioka pun menceritakan secara rinci keterlibatan PT Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) dalam membangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika dengan Sirkuit Mandalikanya saat ini.
Diceritakan Karioka, terpilihnya ITDC membangun KEK Mandalika berkaca dari kesuksesan dalam membangun Nusa Dua Bali. Tantangan membangun KEK Mandalika pun lebih besar, mengingat luasan lahannya mencapai 1.200 hektare, sementara Nusa Dua hanya sekitar 300 hektare.
“Mandalika empat kali lebih luas dari Nusa Dua. Mandalika 1.200 hektare sehingga menjadi sebuah tantangan. Mendesain Mandalika mulai dari belakang, mau jadikan apa sih Mandalika ini. Kita kaji sebaik-baiknya, kita libatkan konsultan,” kata Karioka, Sabtu (14/10) di Mataram.
Dalam mendesain KEK Mandalika seperti sekarang ini dibuat sebuah masterplan mulai dari sirkuit, fasilitas hiburan, kawasan perbelanjaan dan lainnya. Langkah tersebut untuk menarik investor mau berinvestasi di kawasan tersebut.
“Dibuat suatu masterplan bahwa di sini akan ada sirkuit, akan ada fasilitas hiburan, kawasan perbelanjaan, pelabuhan dan sebagainya. Itu dikombinasi dalam satu pengembangan kawasan. KEK diberi kemudahan regulasi yang ramah investasi supaya dana investasi di awal tidak besar untuk menarik investor,” ujarnya.
Karioka membandingkan dengan Nusa Dua Bali, di mana hotel pertama di sana dibangun pada tahun 1980-an, sementara hotel terakhir dibangun pada 2018. Artinya memiliki rentang waktu yang panjang investasi tersebut mulai dilirik investor. Ini tentunya menjadi tantangan bagi Mandalika yang memiliki luas empat kali Nusa Dua.
“Nusa Dua Bali hotel pertama dibangun (tahun) 80-an, hotel terakhir 2018. Berarti 30 tahun baru selesai. Ini kan panjang. Apalagi Mandalika seluas empat kali Nusa Dua,” katanya. Karioka menjelaskan banyak negara yang tertarik membangun Mandalika, namun ITDC dipilih setelah melalui peninjauan terhadap perusahaan tersebut.
“Ini Sirkuit Mandalika perebutan dari sekian banyak negara yang ingin membangun Sirkuit Mandalika. Proses siapa yang menentukan dan menetapkan ITDC layak membangun sirkuit. Proses panjang dari meninjau kompetensi ITDC bagaimana mengelola Nusa Dua, layak tidak perusahaannya dan diputuskan di depan presiden,” kata dia.
Sport Tourism Jadi Andalan
Hadirnya Sirkuit Mandalika di Lombok menjadi sebuah strategi menarik wisatawan untuk hadir di sana. Siapa sangka Mandalika yang dahulunya adalah tanah tandus dan panas kini menjelma bak sang legenda Lombok Putri Mandalika yang cantik jelita.
Terpilihnya Mandalika sebagai wisata olahraga atau sport tourism karena NTB sadar sport tourism menjadi penggerak ketertarikan wisatawan untuk hadir. Di samping itu jika NTB hanya menonjolkan budaya semata, tentu saja kalah dengan tetangganya Bali. Sehingga hadirnya Sirkuit Mandalika menjadi strategi untuk mengundang banyak wisatawan hadir.
“Daya tarik utama turisme itu ada kultur, spot dan lainnya. Untuk mempercepat pengembangan pariwisata maka dikaji bahwa NTB perlu trigger tambahan, di samping ada alam dan budaya, makanya diputuskan sport tourism mempercepat pengembangan pariwisata,” ujar Karioka.
“Ini sejalan dengan konsep pusat dan daerah, sehingga pusat memasukan destinasi super prioritas itu nyambung dengan konsep NTB membangun Mandalika,” tambahnya.
Menghadapi Berbagai Tantangan
Perlu banyak kesabaran untuk membangun Mandalika. Berbagai tantangan terus bermunculan dan datang silih berganti. Sejak pembangunan Sirkuit Mandalika, Indonesia bahkan dunia dihantam pandemi Covid-19.
Munculnya pandemi membuat pembangunan sedikit melambat karena pekerjaan harus menyesuaikan kebijakan pusat tentang protokol kesehatan, di sisi lain MotoGP harus terlaksana pada 2022, jika tidak maka memiliki konsekuensi denda.
“Di awal pembangunan dihantam covid cukup berat. Tidak bisa bekerja maksimal karena berbarengan dengan peraturan pemerintah yang ketat seperti tidak boleh bepergian, terbatas orang kerja, prosedur dikontrol. Tapi di satu sisi MotoGP harus ada event di Mandalika, tidak bisa ditunda kalau ditunda denda,” ujarnya.
Belum lagi muncul masalah sosial seperti sengketa lahan yang sangat panjang dan melelahkan. Beruntung keterlibatan banyak pihak seperti Pemprov NTB yang turut andil menyelesaikan masalah lahan membuat pembangunan Mandalika tidak terlalu terganggu, meskipun sengketa lahan belum seluruhnya terselesaikan saat ini.
“Pemprov NTB saya rasa betul bagaimana dukungan untuk menyelesaikan masalah sosial di sana. Karena ini program strategis dan recovery ekonomi pasca covid diletakan pada Mandalika,” kata Karioka.
Dia mengatakan tujuan awal pembangunan Mandalika bukan hanya menguntungkan investor, tetapi memiliki multiplier effect ke masyarakat luas di Lombok. “Secara konsepsional memang pentahelix yang merasakan, bukan hanya investor tapi masyarakat memang harus mendapat manfaat dari pengembangan pariwisata di situ. Cuma memang baru berjalan masih ada ganjalan. Pelaksanaan menjadi evaluasi semua pihak,” ujarnya.
Untuk mempermudah investasi masuk di Mandalika, segala urusan berkaitan investor dan investasinya dipermudah oleh negara. “Investor diberi kemudahan juga. Regulasi perpajakan, bagaimana keterlibatan orang asing, penangguhan pajak diberi kemudahan. Proses perizinan pun satu atap ada di KEK. Ini untuk mempercepat pengembangan pariwisata,” ujar Karioka. (r)