Mataram (Inside Lombok) – Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ternyata memiliki prospek untuk mengisi kebutuhan kerja dan mampu berwirausaha. Pada tahun ini saja sebanyak 12 persen lulusan SMK di NTB tercatat menjadi pengusaha. Angka itu pun menunjukkan hasil dari upaya revitalisasi SMK sehingga lulusannya tidak menambah angka pengangguran di NTB.
Kepala Bidang SMK pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB, Muh. Ikhwan mengatakan saat ini sudah hampir 60 persen lulusan SMK kelautan diserap dunia kerja. Kemudian sektor kemaritiman seperti kapal niaga, kapal perikanan dan lulusan-lulusan permesinan sudah 12 persen terserap di industri manufaktur. “Data tahun ini sudah ada 12 persen lulusan SMK tahun lalu sudah menjadi pengusaha,” ujar Ikhwan, Rabu (21/6).
Terhadap lulusan-lulusan SMK yang menjadi penyumbang angka pengangguran versi Badan Pusat Statistik (BPS), sumber datanya adalah survei kepada lulusan SMK. Bahkan lulusan STM (Sekolah Teknik Mesin) yang telah lulus beberapa tahun lalu juga dihitung dalam survei tersebut.
“Di NTB ada 11 ribu lulusan SMK tidak bekerja. Tapi kalau dibandingkan dengan sekolah umum, ada 25 ribu lulusan SMA menganggur. Jadi sebenarnya bukan SMK menjadi sumber pengangguran,” ungkapnya.
Dikatakan, selama ini lulusan SMK dinilai paling berkontribusi terhadap angka pengangguran. Padahal nyatanya justru lulusan SMK memiliki prospek mengisi kebutuhan tenaga kerja dan mereka mampu berwirausaha mandiri. Di mana dengan begitu mereka mampu menciptakan lapangan kerja sendiri. “Artinya, anak-anak ini sudah PD (percaya diri) berwirausaha, dengan keterampilan yang sudah didapat dari sekolah,” tuturnya.
Di sisi lain, karena dianggap sebagai penyumbang pengangguran pemerintah melakukan revitalisasi SMK dengan menerbitkan Peraturan Gubernur Nomor 75 Tahun 2020 tentang revitalisasi SMK. Dikbud NTB sudah melakukan revitalisasi ke seluruh SMK, terutama SMK-SMK negeri. Jurusan-jurusan yang dianggap sebagai penyumbang pengangguran sudah ditutup.
“Revitalisasi sudah tuntas 100 persen. Jumlah SMK Negeri di NTB sebanyak 99 sekolah, sedangkan SMK swasta 250 sekolah, yang masih berproses. Karena kaitannya dengan pengelola yayasan,” jelasnya.
Sementara itu, upaya revitalisasi yang sudah berjalan saat ini. Di antaranya ada SMK-SMK yang produktif untuk membangun aktivitas industri dan bisnis di dalam sekolahnya dijadikan sebagai Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD). Artinya, sekolah didorong melakukan kegiatan bisnis komersial untuk memotivasinya.
“Selain itu, di SMK juga menghadirkan guru-guru tamu untuk meningkatkan kompetensi para siswa-siswi mereka,” katanya. (dpi)