31.5 C
Mataram
Sabtu, 23 November 2024
BerandaEkonomiBulog NTB Gelontarkan 200 Ton Beras Medium per Hari

Bulog NTB Gelontarkan 200 Ton Beras Medium per Hari

Mataram (Inside Lombok) – Perum Bulog Divisi Regional Nusa Tenggara Barat menggelontorkan sebanyak 200 ton beras kualitas medium ke pasaran setiap hari sebagai upaya menjaga kestabilan harga pangan strategis tersebut.

“Ada 150-200 ton terjual per hari. Saya rasa itu jumlah yang cukup, kecuali kalau ada yang mau menimbun,” kata Pimpinan Wilayah Bulog NTB, Supriyanto, usai melakukan survei harga beras di pasar tradisional di Mataram, Selasa.

Ia mengatakan beras kualitas medium tersebut didistribusikan kepada mitra yang mengelola rumah pangan kita (RPK) yang tersebar di Pulau Lombok dan Sumbawa. Selain itu, melalui “kios kita” yang ada di pasar tradisional Kota Mataram.

Bulog Divisi Regional NTB sudah membentuk empat “kios kita” di pasar tradisional Kota Mararam, yakni pasar tradisional Mandalika, Kebon Roek, Pagesangan, dan Cakranegara.

Supriyanto menyebutkan harga jual beras kualitas medium rata-rata 8.500 per kilogram (kg). Namun harga eceran tertinggi sebesar Rp9.450/kg, sesuai Peraturan Menteri Perdagangan.

Namun jika ada mitra yang menjual di atas Rp8.500/kg, masih diperbolehkan karena ada biaya pengolahan dan pengemasan. Namun tidak boleh lebih dari HET.

“Kalau harga Rp9.000/kg masih wajar. Dan kami juga tidak bisa melarang kalau ada pedagang bukan mitra Bulog yang menjual di atas HET,” ujarnya.

Kepala Bidang Komersial Perum Bulog Divre NTB Rahamatullah mengatakan, pihaknya sudah melakukan pemantauan harga beras kualitas medium yang dijual oleh mitra di sejumlah pasar tradisional di Kota Mataram.

Dari hasil pemantauan bersama anggota Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda NTB, pada Senin (6/1), dan Selasa, bahwa harga beras kualitas medium masih di kisaran Rp8.500/kg.

Namun ada satu mitra pengelola “kios kita” di pasar tradisional Pagesangan yang menjual dengan harga Rp9.000/kg. Hal itu terjadi karena penjualnya melakukan pengolahan dan pengemasan ulang sehingga ada biaya yang ditimbulkan.

“Kami sudah komunikasikan masalah tersebut dengan pedagangnya agar tidak menjual dengan harga melebih batas yang ditentukan,” ucap Rahmatullah. (Ant)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer