Mataram (Inside Lombok) – Perum Bulog NTB mencatat pengadaan gabah dan beras sampai dengan 15 Mei 2025 sebesar 131.000 ton setara beras. Melihat angka realisasinya yang cukup besar, ini merupakan suatu pencapaian rekor secara fenomenal. Apalagi sejarah Kanwil NTB dalam lima tahun terakhir ke belakang, biasanya pengadaan hanya kisaran rata-rata di angka 77-100 ribu ton setiap tahunnya.
Wakil Pemimpin Wilayah Bulog NTB, Musazdin Said mengakatan secara persentase, capaian pengadaan beras Bulog NTB hingga saat ini telah melampaui 200 persen dibandingkan periode yang sama pada 2024. Lebih mengesankan lagi, volume 131.000 ton setara beras ini berhasil diserap hanya dalam waktu 4-5 bulan, terhitung sejak Januari hingga pertengahan Mei. Sementara dalam lima tahun terakhir, Bulog NTB membutuhkan waktu satu tahun penuh untuk mencapai volume pengadaan tersebut.
“Jadi empat bulan setengah ini kita sudah mencapai 131.000 atau kurang lebih sekitar 75 persen daripada target sebesar 174.300 ton. Mudah-mudahan masih ada waktu sampai di akhir bulan Mei ini bisa 100 persen,” ujarnya, Jumat (16/5).
Ada beberapa faktor penyebab sehingga Bulog NTB berhasil di dalam pencapaian ini. Pertama adalah produksi pertanian yang melimpah sesuai dengan program Kementerian Pertanian. Kedua, sinergi yang kuat dengan berbagai stakeholder terkait, termasuk Pemerintah Provinsi dan Daerah melalui Dinas Pertanian, serta dukungan dari TNI melalui Babinsa yang aktif memberikan informasi wilayah panen.
“Paling mendukung dalam hal ini adalah tim Satgas kami yang bergerak di lapangan melakukan jemput gabah. Kita juga dibantu oleh mitra pangan pengadaan atau MPV, mereka yang bergerak secara masif di kabupaten/kota melakukan penyerapan,” terangnya.
Bulog NTB juga memastikan bahwa mitra pengadaan membeli gabah dari petani sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp 6.500 per kilogram. Hal ini diawasi ketat oleh tim Satgas TJG (Tim Jemput Gabah) dan TNI untuk mencegah adanya pembelian di bawah HPP. Jika ditemukan pelanggaran, Bulog akan langsung melakukan pembelian.
Disisi lain, saat ini, wilayah Lombok Tengah menjadi kontributor terbesar dalam pengadaan, menyumbang hampir 70 persen dari total pengadaan Bulog NTB, diikuti oleh Lombok Barat dan Mataram. Meskipun demikian, masih ada kendala terkait keterbatasan ruang penyimpanan di gudang. Namun, pihaknya terus berupaya mencari solusi dengan berkoordinasi dengan dinas terkait dan TNI untuk memanfaatkan gudang-gudang ideal yang dapat disewa Bulog.
“Sekarang kita juga terus berkoordinasi dengan provinsi NTB dan di TNI kit mohon ada gudang yang kira-kira ideal dan Bulog bisa sewa dalam rangka untuk menampung hasil-hasil pengolahan gabah ini untuk menjadi beras,” jelasnya. (dpi)