29.5 C
Mataram
Rabu, 16 Oktober 2024
BerandaEkonomiHarga Beras Lokal Naik, SPHP Disebut Jadi Solusi Tekan Harga di Pasar

Harga Beras Lokal Naik, SPHP Disebut Jadi Solusi Tekan Harga di Pasar

Mataram (Inside Lombok) – Harga beras lokal pabrikan mengalami kenaikan, dari Rp15.000 per kilogram (kg) menjadi Rp15.200 per kg. Kenaikan ini diakui tidak signifikan, terlebih ketersedian stok masih terbilang aman.

Ketua Forum Komunikasi Sales Marketing (FKSM) NTB, Hasbi menyebutkan harga beras pabrikan dari luar masih sama seperti sebelumnya dan belum ada kenaikan. Tetapi tidak diketahui kedepannya seperti apa, apakah naik atau stabil. Sedangkan harga beras lokal naik, karena bahan baku untuk produksi memang ada kenaikan sedikit, tapi tidak banyak hingga melonjak tinggi.

“Yang ditakuti sekarang di musim kemarau ini orang gagal panen. Bagusnya, karena sekarang dari Bulog rutin suplai untuk beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan), itu juga bantu untuk menekan harga beras,” ujarnya, Selasa (15/10).

Menurutnya, jika tidak ada suplai beras SPHP maka harga beras akan naik tinggi. Bahkan sekarang ini beberapa outlet penjual beras mengakui bahwa banyak beras premium penjualannya sedikit turun. Karena beralih membeli beras SPHP, lantaran lebih melihat ekonomisnya.

- Advertisement -

“Ada perubahan perilaku konsumen. Misalnya dulu dia beli beras premium 10 kg, sekarang mereka beli 5 kg beras premium, 5 kg beras SPHP. Karena jauh harganya, yang premium Rp83-84 ribu, SPHP cuma Rp57.800,” terangnya.

Masuknya beras SPHP ini pelan-pelan menggerus penjualan yang premium dan semua segmen yang pakai beras premium sekarang juga membeli beras SPHP. Bukan hanya kelas menengah kebawah yang konsumsi beras SPHP. Bahkan beberapa warung tenda juga sudah menggunakan beras SPHP dicampur dengan beras medium.

“Kami pengusaha tetap ingin ada distribusi juga (SPHP), karena bisa menekan harga beras yang lain. Dulu kita tidak dikasih jatah SPHP, karena pasarnya khusus untuk pasar tradisional, sekarang sudah dikasih,” katanya.

SPHP sasaran pasarnya di Pasar Tradisional, namun harganya di pasar susah dikendalikan. Lantaran banyak pedagang justru menjual diatas HET (Harga Eceran Tertinggi), padahal dengan distribusi ke pasar tradisional bisa lebih cepat menekan harga beras.

“Misalnya HET-nya Rp62.500 (per bungkus, Red) di pengecer terakhir itu dia jual Rp65 ribu atau mereka jual diatas HET. Jadi perlu pengawasan. Kalau di modern kan kita tidak bisa begitu, secara aturan HET-nya sekian itu tidak boleh melebihi HET,” jelasnya.

Lebih lanjut, namun pihaknya mempunyai margin setiap penjualan barang yang ada di outlet. Untuk beras SPHP dijual sesuai HET, karena toko sudah ada MoU dengan Bulog terkait ketentuan penjualan beras SPHP. “Memang di beberapa toko berbeda-beda harga jualnya. Tapi saya kira dibawah Rp60 ribu dan itu bisa kita batasi masing-masing orang (pembelian,red),” tuturnya.

Dipastikan untuk ketersedian sembako semua masih aman, sehingga tidak perlu ada kekhawatiran dari masyarakat. Sementara ini harga beras lokal naik tapi kebaikannya tidak seberapa. “Lebih ke penyesuaian harga, tidak terlalu tinggi. Stok masih aman, tidak ada gejolak-gejolak,” tandasnya. (dpi)

- Advertisement -

Berita Populer