31.5 C
Mataram
Jumat, 20 September 2024
BerandaEkonomiHarga Komoditas Pertanian di NTB Alami Fluktuasi

Harga Komoditas Pertanian di NTB Alami Fluktuasi

Mataram (Inside Lombok) – Harga cabai di pasar mengalami kenaikan hingga Rp63 ribu per kg. Meski terjadi kenaikan yang cukup signifikan, belum ada harga dan stok cabai saat ini belum menimbulkan gejolak di tengah masyarakat.

Kepala Dinas Perdagangan NTB, Baiq Nelly Yuniarti mengatakan pemerintah daerah dalam hal ini Pemprov NTB belum melakukan intervensi terhadap kenaikan harga beberapa komoditas pertanian tersebut. “Di tengah masyarakat daya beli cabai belum tinggi,” katanya.

Ia mengatakan, harga cabai ini juga karena para petani cabai belum panen. Provinsi NTB sudah memperluas lahan tanaman cabai di beberapa wilayah khususnya Lombok Timur salah satunya Desa Kerongkong dan Lombok Barat. “Kalau sudah panen insyaallah stabil,” katanya.

Musim panen cabai ini diprediksi akan dilakukan pada bulan September atau Oktober mendatang. Namun dengan melihat daya beli masyarakat yang tidak terlalu tinggi, maka stok yang ada saat ini masih aman. “Belum ada pemicu yang membuat masyarakat tinggi membeli. Seperti maulid permintaan tinggi dan harga tinggi itu kita warning,” ujarnya.

- Advertisement -

Kenaikan harga cabai ini tidak dibarengi dengan permintaan masyarakat yang tinggi. Fluktuasi harga kebutuhan pokok khusus komoditas pertanian ini masih dalam kondisi aman. “Stok kita sedikit, harga tinggi tapi pembeli kita tidak banyak,” katanya.

Berbeda dengan tomat yang mengalami penurunan harga. Karena saat ini sudah masuk musim panen dan stok tomat melimpah. “Stok melimpah terus daya beli masyarakat turun jadi harga juga turun,” katanya.

Dinas Perdagangan Provinsi NTB mengharapkan agar para penyuluh pertanian bisa mengajarkan kepada para petani terkait pola tanam. “Ini kan berulang dan ajarkan pola tanam kepada petani-petani kita. Bulan ini mesti ambruk jangan tanam,” tegasnya.

Harga tomat saat ini di pasar sebesar Rp3 ribu per kg. Dimana sebelumnya yaitu mencapai Rp20 ribu per kg. “Ada saatnya kemarin itu merajalela dan ada saatnya cooling down. Karena setiap musim kering itu musim tanamnya,” tutupnya. (azm)

- Advertisement -


Berita Populer