Mataram (Inside Lombok) – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) NTB mencatat kinerja pasar modal di NTB mengalami kenaikan. Mulai dari investasi saham, reksadana hingga surat berharga nnegara (SBN). Investasi pasar modal itu sendiri didominasi oleh generasi stroberi.
Kepala OJK NTB, Rico Renaldy menerangkan kinerja pasar modal hingga Maret 2023 tercatat investor saham mengalami kenaikan 24,04 persen secara year on year (yony). Sedangkan year to date (ytd) sebesar 3,76 persen. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan nasional yang sebesar 22,85 persen (yony) dan 3,56 persen (ytd).
“Jumlah investor saham sampai Maret 2023 itu sebanyak 38.983 SID. Angka tersebut mengalami kenaikan, dan didominasi oleh generasi stroberi,” ujar Rico, Selasa (27/6). Banyaknya generasi stroberi yang mendominasi investasi di pasar modal karena kelompok itu cenderung lebih agresif. Terutama karena banyak dari mereka yang tidak lagi mengarahkan dana yang dimiliki ke deposito perbankan, melainkan untuk bermain saham.
“Tetapi ini tentunya ada risiko dan harus ada pemahaman apa yang kita tuju. Jangan asal main saja, ketika melihat trendnya bagus. Harus dipahami, sehingga resikonya lebih kecil dan dapat ditangani,” jelasnya.
Tak hanya itu, ada juga reksadana yang mengalami peningkatan jumlah investor sebanyak 94.562 SID, mengalami kenaikan dibanding Maret 2022 sebesar 39,24 persen. Kemudian dibandingakan secara year to datenya itu juga naik 5,11 persen. Angka ini juga di atas nasional kenaikannya, karena nasional itu cuma 30,2 persen (yony).
“Sama juga dengan posisi investor surat berharga negara (SBN), ternyata peminatnya banyak juga dan naik terus. Secara SID tercatat 3.354 ini juga kenaikannya itu 35,02 persen. Yang year to datenya naik 4,32 persen,” terangnya.
Sedangkan nilai transaksi saham mengalami penurunan dibandingkan sebelumnya. Karena transaksi saham sampai di Maret 2023 tercatat Rp226 miliar, yang mana angka ini turun 39,08 persen (yony) dan turun 12,39 persen (ytd). Secara nasional transaksi saham ini juga turun sebesar 47,26 persen (yony).
“Ini kan secara nasional turun 47,26 persen dan kita 39,08 persen. Artinya secara yony kita masih lebih baik dari nasional. Kita cuma turun 12 persen, nasional 30 persen (ytd). Artinya banyak orang itu sahamnya disimpan, mereka wait and see,” jelasnya.
Menurutnya mengapa banyak investor yang masih menunggu, karena mempertimbangkan kondisi harga saham yang jatuh. Terlebih pada kondisi awal tahun ini, lain halnya jika kondisinya ada persoalan dan harga saham mengalami kenaikan. Maka investor akan menjualnya. “Mereka pasti nunggu dividen, setelah akhir tahun baru dijual. Tapi kalau ada sesuatu (kendala, Red) baru dijual,” ujarnya. (dpi)