Mataram (Inside Lombok) – Sebanyak 17 ribu ton beras dikirim dari luar daerah ke NTB. Kiriman ini untuk menjaga stok pangan di 2024, sekaligus untuk mendukung penyaluran untuk bantuan pangan dan cadangan beras pemerintah (CBP), karena musim panen raya diprediksi mundur akibat kemarau panjang.
Pimpinan Wilayah Bulog NTB, David Susanto mengatakan jika melihat kondisi stok beras untuk penyaluran sampai Februari 2024, pihaknya mengasumsikan sampai Januari 2024 NTB masih memiliki stok kurang lebih 2 ribuan ton. Asumsi itu jika tidak ada tambahan program bapang di Desember 2023, Januari 2024 dan seterusnya.
Kendati, melihat perkembangan dan pernyataan yang disampaikan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, hal tersebut diputuskan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dalam rapat terbatas di Istana Merdeka Jakarta, Senin (6/11) lalu. Tentunya butuh kesiapan bagi Bulog yang awalnya menghitung stok beras masih cukup untuk kebutuhan sampai Februari 2024.
“Akhirnya kita menghitung ulang dan kemungkinan ada tambahan bapang. Stok kami hanya cukup bulan Desember nanti. Makanya kita akan mendatangkan beras dari daerah lain sebanyak 17 ribu ton untuk masuk ke NTB,” ungkap David kepada awak media saat ditemui, Senin (13/11).
Ditegaskan masuknya beras dari luar daerah ini hanya sekedar memperkuat stok dan hanya untuk penyaluran. Baik itu bapang maupun CBP, karena rata-rata beras yang dibutuhkan untuk penyaluran bapang maupun CPB ini setiap bulan dibutuhkan kurang lebih 8.500 ton.
“Memang tidak ada pilihan lain, satu-satunya hanya itu. Karena walaupun kita melihat, monitor ke wilayah NTB, itu setiap hari ada panenan, setiap hari juga ada yang menanam. Tapi kan kondisi gabah saat ini sudah tinggi, sekitar start Rp7 ribu (per kilogram,red) gabah basah saja, sementara pengadaan Bulog hanya Rp5 ribu di tingkat petani,” jelasnya.
Tentunya selisih harganya mencapai Rp2 ribu, tentunya tidak memungkinkan Bulog untuk melaksanakan pengadaan. Demikian juga waktu panen raya 2024, beberapa lembaga institusi sudah merilis kondisi cuaca atau el nino panen raya akan mundur. Kemudian kemungkinan panen raya di NTB pada posisi akhir Maret 2024 atau April 2024. Sedangkan posisi April tahun depan ada lebaran dan kebutuhan beras akan naik cukup tinggi karena mereka menyiapkan untuk lebaran.
“Tentunya ketika panen harga akan tertahan. Jadi mungkin Bulog nanti ketika harga sesuai HPP pada akhir April setelah lebaran atau Mei. Yang awalnya Maret itu sudah pengadaan, itu akan mundur 1,5 bulan sampai 2 bulan,” terangnya.
Nantinya untuk beras dari luar daerah datang dilakukan secara bertahap, tidak langsung dimasukkan sebanyak 17 ribu ton. Kemudian Bulog akan terus mengevaluasi dan pihaknya ketika panen raya akan mengoptimalkan semaksimal mungkin menyerap dari hasil panen petani lokal.
“Jadi sebelum panen raya itu sudah kita berhenti memasukkan dan kita hitung masuknya itu ideal mungkin berapa. Kalau tidak memasukan beras luar, ya resikonya kita tidak bisa menjalankan program bantuan pangan itu,” demikian. (dpi)