Lombok Barat (Inside Lombok) – Adanya program Jumat Belondong yang diinisiasi Pemrpov NTB saat ini diharapkan membantu promosi produk tenun lokal dikenal lebih luas. Program itu pun diluncurkan Penjabat Gubernur NTB, Lalu Gita Ariadi di Desa Wisata Kebon Ayu, Gerung, Jumat (27/10).
Program ini membawa harapan dan angin segar bagi para penenun di desa wisata yang terkenal dengan golden melonnya itu. Karena ketika jajaran OPD Pemprov NTB bersama pemda turun ke desa dalam program Jum’at Besalam itu, mereka diharuskan menggunakan londong (sarung) yang dalam hal ini merupakan produk tenun lokal.
Salah satu tujuan program itu untuk dapat meningkatkan produktivitas dan nilai jual kain tenun lokal. Bahkan dalam kunjungan jajaran OPD Pemprov NTB dan Pemda Lobar ke Kebon Ayu membawa buah manis bagi para penenun. Diperkirakan puluhan kain tenun laku, ditambah lagi dengan pesanan dari OPD-OPD yang juga mencapai puluhan helai kain.
“Alhamdulillah berdampak (terhadap pembelian kain tenun), jadi di beberapa tenun yang tadi juga kita hadirkan lumayan laku,” ungkap Ketua Pokdarwis Kebon Ayu, Rasimin yang dikonfirmasi, Jumat (27/10/2023).
Pihaknya bersyukur, berkat program dari Pemprov NTB itu banyak jualan para pedagang di sana yang ludes. Karena banyak rombongan OPD yang antusias berbelanja di sana. Tidak hanya membeli kain tenun, tetapi juga kuliner dan golden melon yang bisa langsung dipetik sendiri.
“Tenun yang kita sediakan di sini lumayan dibeli oleh pengunjung, kepala-kepala dinas. Paling tidak, bisa memperkenalkan kain tenun Kebon Ayu, ke luar desa Kebon Ayu,” paparnya.
Dia menuturkan ada ratusan masyarakat Kebon Ayu yang bekerja sebagai penenun. Namun selama ini, diakuinya bahwa sebagian besar dari mereka hanya menenun jika ada pesanan saja (made by order), tidak menenun setiap hari. Sehingga jumlah produksinya masih kurang. Jika ada pesanan dalam jumlah besar, itu perlu menunggu dalam waktu yang cukup lama.
“Sebenarnya penenun Kebon Ayu itu, belum dikemas secara industri, belum diorientasikan ke bisnis. Jadi, orang-orang Kebon Ayu itu menenun made by order,” jelas Rasimin. Saat ini, pihak desa bersama pokdarwis setempat diakuinya sudah mulai mengarah untuk mengemas tenun sebagai salah satu daya tarik wisata dan ekonomi kreatif. “Makanya sekarang sudah kita buatkan showroom dan kita upayakan untuk memaksimalkan produksi,” imbuhnya.
Termasuk ketika musim haji kemarin, para penenun di Kebon Ayu kebanjiran pesanan. “Jadi sebagian dari seragam haji kan diambil (bahannya) dari kain tenun sini (Kebon Ayu, Red),” bebernya. Kisaran harga kain tenun di sana mulai dari Rp400 ribu sampai jutaan. Karena untuk memproduksi satu helai kain, para penenun memerlukan waktu sekitar satu minggu.
Kain tenun Kebon Ayu sendiri dinilai memiliki corak dan ciri khas yang berbeda. Di mana corak tenun produksi Kebon Ayu, salah satunya diberi nama Gumilang Betulungan. “Masing-masing kan punya coraknya sendiri, dan mungkin secara kualitas juga, makanya tenunnya (produk Kebon Ayu) agak mahal,” pungkasnya. (yud)