Mataram (Inside Lombok) – Komoditas ekspor non tambang masih menjadi salah satu sektor yang didorong untuk pertumbuhan ekonomi NTB. Seperti kemiri yang baru-baru ini dilakukan ekspor ke pasar Timur Tengah dengan tujuan Jeddah Arab Saudi. Sekarang ini kemiri menjadi primadona, sehingga dilakukan pengembangan pada lahan-lahan kritis di NTB.
Di NTB ada beberapa lahan-lahan kritis yang cocok untuk ditanami kemiri, seperti di Pulau Sumbawa. Kemiri tidak hanya menjadi alternatif penghijauan hutan, tetapi juga bisa memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi masyarakat sekitar hutan.
“Kita ingin mengarahkan bagaimana hutan itu bisa lestari dan memberikan solusi untuk masyarakat, selama ini hutan dianggap sebagai sumber penghasilan oleh masyarakat sekitar hutan,” ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) NTB, Berry Arifsyah Harahap.
Sebagaimana diketahui, beberapa masyarakat di NTB banyak memanfaatkan hutan sebagai sumber penghasilan mereka, seperti mengambil kayu kemudian dijual. Namun, jika sering kali dilakukan penebangan pohon di hutan akan memberikan dampak. Mulai dari hutan menjadi gundul, longsor, banjir dan sebagainya.
“Ke depan kita ingin mengurangi bencana, caranya dengan melakukan penghijauan. Karena hutan itu sangat bermanfaat bagi masyarakat, jadi tidak hanya di dimensi lingkungannya saja, tapi ada juga untuk kesejahteraan masyarakat. itulah kami melihat kemiri ini menjadi satu pilihan, karena kita berhasil ekspor,” terangnya.
Pengembang kemiri pada lahan kritis ini juga mendapat dukungan dari Gubernur NTB terpilih dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) untuk menanam kemiri. Di mana kemiri juga memiliki potensi pasar yang cukup menjanjikan.
“Dengan kemiri, masyarakat sekitar hutan tidak hanya dapat melestarikan lingkungan, tetapi juga memperoleh penghasilan yang lebih stabil. Tanaman ini bisa mengurangi ketergantungan pada penebangan kayu, yang selama ini menjadi sumber penghasilan utama mereka,” ungkapnya.
Kemiri, yang membutuhkan waktu sekitar empat tahun untuk dipanen, diprediksi dapat menjadi sumber pendapatan baru bagi masyarakat, terutama di daerah dengan banyak tanah kritis seperti di Sumbawa. Selain itu, keberhasilan pengembangan komoditas kemiri juga membuka peluang bagi petani dan pengusaha lokal untuk mengembangkan produk lainnya yang bernilai tinggi, seperti vanili.
“Dengan berkembangnya kemiri, kami juga mendorong masyarakat untuk menanam komoditas lainnya yang memiliki nilai tambah tinggi, seperti vanili. Ini bukan hanya tentang melestarikan alam, tetapi juga tentang menciptakan ekosistem yang mendukung kesejahteraan ekonomi,” jelasnya.
Tidak hanya itu, BI NTB juga berfokus pada penggunaan pupuk organik untuk menjaga kualitas tanah dan keberlanjutan pertanian. Pendampingan kepada petani dan pengusaha lokal akan terus dilakukan agar kemiri dan komoditas lainnya dapat memberikan manfaat maksimal bagi perekonomian NTB.
“Ini adalah langkah kami untuk menciptakan ekosistem alam dan ekonomi yang saling mendukung. Kami akan terus berupaya agar kemiri dan tanaman bernilai lainnya bisa tumbuh dan berkembang, memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat NTB,” demikian. (dpi)