29.5 C
Mataram
Senin, 30 September 2024
BerandaEkonomiNTB Diakui Punya Potensi Besar untuk Produksi dan Pengolahan Porang

NTB Diakui Punya Potensi Besar untuk Produksi dan Pengolahan Porang

Mataram (Inside Lombok) – Modal NTB untuk menjadi daerah penghasil porang diakui cukup besar. Baik dari sisi kualitas tanah maupun umbi. Untuk itu, komoditas porang diharapkan membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat di NTB, terutama dengan sudah adanya pabrik porang milik PT Rezka Nayatama yang beroperasi di Sekotong, Lombok Barat.

Direktur PT. Rezka Nayatama, Rachmad Saptadi menerangkan modal besar NTB menjadi penghasil porang kualitas tinggi itu salah satunya disampaikan perwakilan konsorsium bisnis yang dikelola perusahaan asal Jepang, Harada Foods Co., Ltd. saat berkunjung ke NTB.

“Waktu itu mereka ada kunjungan ke kebun, saya bawa ke Lombok Tengah, kebun milik H. Muhammad Rofii di (Desa) Wates, Pringgarata. Mereka melihat di sana, karena NTB punya beberapa gunung berapi seperti Rinjani dan Tambora maka bekas letusannya itu membuat tanah subur. Itu sangat cocok untuk porang, dan mereka katakan tanahnya bagus sekali,” ungkap Rachmad saat dikonfirmasi.

Selain itu, kualitas umbi yang ditanam petani di NTB pun diakui cukup mencengangkan jika dibandingkan dengan standarisasi internasional. Dicontohkan seperti umbi yang ditanam di petani binaan PT Rezka Nayatama di Pringgarata ada yang besarnya hampir mencapai 2 kilogram (kg).

- Advertisement -

“Itu (umbi) porangnya besar-besar, ada yang hampir 2 kilogram. Mereka (perwakilan Harada Foods Co., Ltd., Red) bilang itu harusnya masuk produksi, tapi tidak bisa karena tumbuh tunas. Jadi secara kualitas tanah dan kualitas umbi kita ini memang sudah bagus,” jelasnya.

Guna mendorong potensi ini agar bisa dimanfaatkan maksimal, PT Rezka Nayatama pun tengah mempersiapkan sistem purifikasi porang yang lebih baik. Karena untuk masuk ke pasar internasional, hasil produksi porang lokal diakui terkendala di warna umbi yang masih kuning.

“Di Indonesia warna umbi kuning, berbeda dengan di China dan Jepang yang warna umbi (porangnya) putih). Untuk pasar Indonesia sebenarnya itu tidak bermasalah, karena untuk makanan, tapi untuk kebutuhan farmasi dan kosmetik harus (dipurifikasi agar warna menjadi) putih atau transparansi 75 persen,” jelas Rachmad.

Untuk peningkatan kualitas dari sisi purifikasi umbi itu, PT. Rezka Nayatama akan memanfaatkan teknologi buble dryer yang sudah digunakan di Lijiang Daran Biology, salah satu anggota konsorsium bisnis Harada Foods Co., Ltd. Selain itu, standarisasi baru juga tengah disusun lewat kerja sama itu, agar jenis produk bisa lebih bervariasi, termasuk untuk spesifikasi umbi yang bisa diterima pabrik.

Dijelaskan Rachmad, saat ini pabrik di sekotong memang menetapkan standarisasi porang yang bisa diterima untuk pengolahan di pabrik adalah yang memiliki diameter umbi 20 centimeter, berat 1 kilogram, tidak bertunas, dan tidak busuk. Standarisasi itu mengikuti yang diterapkan di pabrik-pabrik daerah Jawa Timur dan Jawa Barat.

Dengan standarisasi baru yang akan dibuat mengikuti operasional yang dijalankan di pabrik-pabrik porang di bawah konsorsium bisnis Harada Foods Co., Ltd., besar umbi porang yang diterima bisa lebih kecil. “Mereka sempat menyampaikan, sebaiknya (ukuran umbi porang) yang 500 gram paling tidak bisa diterima di pabrik. Jadi 500 gram sudah bisa diproses,” jelasnya.

Sebagai informasi, PT Rezka Nayatama saat ini sudah menandatangani nota kesepahaman untuk 500 hektare lahan pertanian porang yang tersebar di Bali, NTB, dan NTT. Dari total tersebut, 256 hektare adalah lahan yang dikelola petani lokal NTB yang tersebar di Lombok Utara, Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Tengah.

Jumlah ini didorong terus bertambah, mengikuti proses verifikasi lahan yang terus dilakukan pihak pabrik bersama dengan pemerintah daerah. “Yang memberi sertifikat kebun porang itu dari Dinas Pertanian, jadi harus diatur agenda kunjungannya untuk melihat lokasi kebun, pemilik, berapa luasnya, umur tanaman sudah berapa musim. Semua itu diregistrasi untuk memudahkan pemetaan (potensi produksi porang),” tandas Rachmad. (r)

- Advertisement -


Berita Populer