Mataram (Inside Lombok) – Harga gula pasir di pasar belakangan ini mulai mengalami kenaikan, diduga karena stok yang berkurang. Selain itu, permintaan gula pasir di masyarakat yang tetap tinggi juga mempengaruhi harga di pasaran.
Dinas Perdagangan (Disdag) NTB mencatat gula pasir di pasaran sampai dengan Rabu (22/11) dijual dengan harga berkisar Rp17 ribu, dari sebelumnya Rp14 ribu. Kenaikan harga ini dilaporkan sudah terjadi sejak sepekan terakhir.
Meski NTB memiliki pabrik gula, harga diakui masih terbilang tinggi. “Gula (naik harganya) karena pasokan kurang. Hari ini kami masih lacak kenapa pasokannya kurang,” ujar Kepala Disdag NTB, Baiq Nelly Yuniarti, Rabu (22/11).
Menurutnya, kenaikan harga gula pasir yang terjadi di pasar belakangan ini karena dipengaruhi kondisi pasar internasional, di mana harga gula internasional sepanjang 2023 menunjukkan tren peningkatan signifikan dibanding tahun sebelumnya. Penurunan harga gula di pasar Internasional dinilai belum signifikan karena masih merupakan respon sesaat atas dinamika harga minyak dunia.
Kemudian masih berpotensi tinggi harga gula karena isu cuaca di India yang berdampak pada potensi penurunan produksi gula India dari 36,5 juta MT menjadi 32,8 juta MT. Implikasinya akan ada potensi penurunan ekspor gula India dari 9 juta MT menjadi sekitar 6 juta MT.
“Karena itu mempengaruhi kondisi pasar kita juga di daerah, sehingga harganya ikut naik,” ucapnya.
Dari Data Kementerian Perdagangan importasi dan stabilisasi gula pasir untuk stok awal 2023 mencapai 1.110.571 ton dengan perkiraan produksi dalam negeri 2.600.000 ton dan total ketersediaan 3.710.571 ton. Dimana rencana impor 2023 sebanyak 991.000 ton dengan kebutuhan tahunan sebanyak 3.401.521 ton, kebutuhan bulanan 283.460 ton dan stok akhir 1.299.996 ton. Memang pemerintah melakukan impor untuk raw sugar atau gula kristal mentah sebagai bahan baku pembuatan gula pasir.
Selain gula pasir, ada beberapa barang kebutuhan pokok lainnya menjelang Natal dan Tahun Baru 2024 diperkirakan mengalami kenaikan. Di antaranya ada telur ayam, daging ayam, cabai rawit. Untuk harga cabai diperkirakan masih tinggi berkisar Rp60-80 ribu karena hasil panen petani masih rendah disebabkan karena faktor cuaca dan permintaan yang meningkat. Sedangkan untuk komoditi barang kebutuhan pokok lainnya diperkirakan masih dalam kondisi harga stabil.
“Tapi yang menjadi perhatian juga harga kedelai impor (bahan baku tahu/tempe) diperkirakan akan naik karena harga dolar mulai merangkak naik, kedelai impor sebagian besar berasal dari amerika dan harga dolar sangat mempengaruhi harga kedelai,” ujarnya. (dpi)