Mataram (Inside Lombok) – Perhimpunan Peternak Unggas Rakyat (Petarung) NTB resah lantaran masih saja ada daging dan telur ayam ilegal masuk ke NTB. Keresahan ini sudah sejak lama dirasakan pengusaha, bahkan sudah melaporkan ke pemerintah daerah agar segera diusut.
Jika tidak ada tindakan, maka akan memberikan dampak kepada pengusaha kecil daging dan telur ayam di NTB. Karena mereka harus bersaing dengan pengusaha besar dari Bali yang mensuplai daging dan telur ayam ke NTB.
“Yang ilegal masih bisa masuk, mau daging atau telur itu masuk, sudah capek kita urus, ada oknum yang bermain. Pasti (ketar-ketir pengusaha kecil,) mereka kecil juga,” ujar Ketua Petarung NTB, Ervin Tanaka, Selasa (15/10).
Mereka dikatakan ilegal, karena tidak memiliki surat izin yang lengkap untuk memasukkan barang ke NTB. Pasalnya, ada banyak izin harus dipenuhi oleh para pengusaha, seperti NKV, surat rekom dan lain-lainnya tidak ada. Harusnya sebelum masuk bisa dilakukan pencegahan dari Karantina.
“Sangat meresahkan (yang ilegal, Red), sangat mengganggu, dan dampaknya daya jual disini kurang, karena bisa jadi over suplai. Tapi saya lihat dari karantina sudah ada mulai ketat pengawasannya,” terangnya.
Daging dan telur ayam ilegal ini sebagian besar datangnya dari Bali. Padahal jika dilihat dari sisi harga, perbandingan harganya sebenarnya tidak jauh berbeda dengan harga di dalam daerah, baik itu daging atau telur ayam. Hanya saja yang menjadi permasalahan jaringan mereka sampai sini. “Sudah dilaporkan ke Disnakeswan, bahkan sampai ke Gubernur Pak Zul dan sampai Pak PJ (Gubernur), Miq Gita saat itu. Nanti kita lapor lagi,” katanya.
Saat ini jumlah anggota Petarung NTB sekitar 80-an pengusaha, dengan estimasi produksi telur dari sekitar 1 juta ekor ayam, hampir 700-800 ribuan butir bisa dihasilkan. Sedangkan kebutuhan pasar sekitar 3 jutaan lebih untuk telur maupun daging ayam, dan sebenarnya bisa dipenuhi oleh seluruh peternak yang ada di NTB, tidak hanya dari Petarung saja.
“Cukup sebenarnya, karena peternak yang tidak ikut di bawah saya banyak. Kalau tidak salah populasi di NTB kurang lebih data tahun 2022/2023, sekitar tiga juta enam ratusan ekor. Kalau dilihat di NTB kurang telur, cuma masuknya itu harus terkoordinasi dengan baik jangan sampai over suplai,” demikian. (dpi)