Mataram (Inside Lombok) – Bank Indonesia (BI) Provinsi NTB perkiraan pada 2024 pertumbuhan ekonomi NTB akan lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2023. Beberapa aspek yang bisa mempengaruhi hal itu antara lain peningkatan produktivitas pertanian dan hilirisasi pertanian yang perlu didorong, karena memiliki dampak besar pada kesejahteraan masyarakat NTB.
Kepala Kantor Perwakilan BI NTB, Berry Arifsyah Harahap menerangkan industri yang memiliki kandungan teknologi menengah rendah dapat menjadi pilihan meningkatkan kesejahteraan masyarakat NTB. Karena sesuai dengan karakteristik SDM di NTB dan mampu menurunkan kemiskinan, dan pengangguran yang cukup signifikan.
“Pengembangan Pariwisata juga merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi baru bagi NTB. Kedepan (2024) pertumbuhan ekonomi NTB akan lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2023,” ujar Berry, Rabu (3/1).
Di sisi lain, posisi pertumbuhan ekonomi 2023 diperkirakan lebih rendah. Perlambatan ini didorong oleh lebih rendahnya produksi tembaga seiring dengan perolehan izin ekspor yang lebih lambat. Hal ini menyebabkan menurunnya kinerja ekspor NTB. Selain itu, perlambatan juga didorong lebih rendahnya produksi pertanian karena dampak El Nino. “Tapi peningkatan investasi mampu menahan perlambatan ekonomi lebih lanjut,” ucapnya.
Sebelumnya, Kantor perwakilan BI NTB Pada tahun 2023 memprakirakan ekonomi NTB akan tumbuh pada kisaran 4,8-5,6 persen (yoy). Sejumlah inisiatif Bank Indonesia untuk 2023 antara lain mendorong pemanfaatan teknologi digital untuk meningkatkan kapasitas produksi dan efisiensi biaya melalui program Digital Farming dan Onboarding UMKM, mengoptimalisasikan daya saing komoditas ekspor non tambang.
“Kita lakukan pemulihan aktivitas ekonomi produktif di masyarakat dan UMKM, mendorong pengembangan ekonomi syariah. Mendukung pertumbuhan ekonomi daerah melalui ketersediaan uang rupiah layak edar, meningkatkan dan memperluas transaksi gunakan QRIS, serta mendorong pertumbuhan kredit,” terangnya.
Sementara itu, Deputi Kepala Perwakilan BI NTB, Winda Putri Listya mengatakan, perekonomian NTB pada tahun 2023, ekonomi NTB diperkirakan akan tumbuh dalam kisaran 1,5-2,3 persen, sementara untuk tahun 2024, proyeksinya meningkat menjadi 3,3-4,1 persen. Di mana laju inflasi NTB pada 2023 diperkirakan berada dalam target sasaran 3±1 persen, dan akan lebih terkendali pada 2024 dengan target sasaran 2,5±1 persen.
“BI berkomitmen untuk memperkuat arah kebijakan ke depan dengan beberapa langkah strategis. Pertama, respon bauran kebijakan moneter serta koordinasi dengan pemerintah dalam pengendalian inflasi di NTB akan diteruskan dan diperkuat,” ujarnya.
Ini melibatkan optimalisasi anggaran belanja pemda dan sinergi melalui Gerakan Nasional Non-Tunai Indonesia (GNPIP). Kedua, mendorong pengembangan UMKM potensial, termasuk UMKM berbasis syariah, melalui peningkatan produktivitas, dukungan pembiayaan, hilirisasi, digitalisasi, dan pendampingan pemasaran untuk memperluas akses pasar ekspor.
“Ketiga melibatkan akselerasi transaksi non-tunai dengan perluasan kanal digital, diharapkan dapat mendukung efisiensi transaksi keuangan di NTB. Keempat adalah bersinergi untuk memperkuat daya saing pariwisata daerah,” jelasnya. (dpi)