25.5 C
Mataram
Senin, 25 November 2024
BerandaEkonomiProduksi Berkurang 40 Persen, Harga Telur Masih Tinggi

Produksi Berkurang 40 Persen, Harga Telur Masih Tinggi

Mataram (Inside Lombok) – Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) NTB mencatat produksi telur dari peternak lokal berkurang hingga 40 persen, dari potensi produksi sebelumnya 2 juta butir per bulan. Hal itu disebut menjadi salah satu penyebab harga telur masih tinggi saat ini.

Ketua Pinsar NTB, Faturahman mengatakan selain berkurangnya produksi, kenaikan harga pakan yang mencapai Rp150 per kilogram (kg) juga menjadi penyebab lainya naiknya harga telur. “Lumayan tinggi kenaikan harga pakannya. Kalau normal itu harganya di bawah Rp500 ribu per sak di Pulau Lombok. Sekarang lebih Rp500 ribu,” katanya, Rabu (24/5) siang.

Selain harga pakan, untuk obat-obatan juga mengalami kenaikan. Dengan menghitung jumlah harga kebutuhan peternak, maka kenaikan harga telur saat ini disebut masih normal untuk bisa mendapatkan keuntungan meski sedikit. “Tapi kalau dari konsumen ya gila kenaikan harga ini. Tinggi sekali ini,” katanya.

Di tengah kenaikan harga telur saat ini, pemerintah pusat melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) juga akan menyerap produksi telur untuk beberapa wilayah di Indonesia, salah satunya NTB. “Ada program sampai bulan Juli dari Bapanas untuk menyerap telur dan daging ayam, untuk area Jatim, Bali dan NTB. Itu salah satu penyebab agak rumit,” ungkapnya.

Fathurrahman menyebutkan, harga telur di tingkat peternak untuk ukuran kecil sebesar Rp49 ribu per tray, medium Rp52 ribu per tray dan besar Rp57 ribu per tray. Kondisi ini diprediksi akan berlangsung lama disebabkan karena produksi yang tidak terlalu banyak, tapi permintaan terus meningkat.

“Kebutuhan NTB untuk data sekarang sekitar 1,5 juta butir per bulan. Hampir segitu dan kurang-kurang sedikit,” katanya. Semua kebutuhan telur di NTB saat ini hanya dipasok oleh peternak lokal. Hal ini karena harga telur di luar daerah juga mengalami hal yang sama. “Karena begini sekarang tidak ada pengaruh dari luar, Jawa, Bali tidak ada. Karena disana juga mahal. Mahal sekali,” ungkapnya. (azm)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer