Mataram (Inside Lombok) – Ramai kapal cepat yang mulai hadir di rute-rute penyeberangan kapal ferry. Salah satunya kapal cepat KM Lombok Exspress yang tersedia untuk rute penyeberangan Selat Alas, kemudian kapal cepat yang dari Bali ke Gili atau Senggigi. Kendati demikian, hadirnya kapal cepat ini dinilai bukanlah sebagai persaingan, melainkan sebagai alternatif transportasi bagi penumpang.
Ketua Gabungan Pengusaha Nasional Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (Gapasdap) NTB, Iskandar Putra mengatakan saat ini kapal cepat hanya memuat penumpang saja dan memiliki pangsa pasar sendiri. Bahkan penumpang menggunakan kapal cepat yang memang rutinitasnya membutuhkan waktu cepat untuk penyeberangannya.
Hal ini berbeda dengan tipikal penumpang yang menggunakan kapal ferry, sehingga tidak ada persoalan dengan adanya kapal cepat ini. “Buat kami tidak pengaruh karena itu hanya muat penumpang saja. Kalau secara signifikannya tidak ada pengaruh sama sekali untuk angkutan itu, karena memang segment hanya penumpang saja. Tidak memuat kendaraan, ya tidak dianggap sebagai pesaing,” ungkap Iskandar, Senin (20/11).
Dari sisi bisnis pun tidak dianggap sebagai pesaing, begitu juga dengan efek ke bisnis. Namun kondisi ini paling tidak orang atau penumpang menggunakan moda transportasi penyeberangan ada pilihan mereka. Jika ada yang ingin lebih eksklusif maka bisa menggunakan kapal cepat. Tetapi jika tidak, bisa menggunakan regular seperti biasanya.
“Kalau efek ikutannya, saya rasa hanya sekitar di angkut penumpangnya saja. Itu pun sebenarnya tingkat kenaikan penumpangnya tidak terlalu signifikan, di kapal cepat itu karena memang rata-rata mereka angkutnya tidak lebih daripada 30 (orang) sekali angkut,” terangnya.
Selain itu, mahalnya harga tiket pesawat untuk beberapa rute penerbangan yang terjadi belakangan ini juga tidak memberikan dampak terhadap penumpang kapal meningkat. Tetapi paling tidak, ketika harga tiket pesawat masyarakat ada pilihan untuk menggunakan kapal Ferry dan transportasi lainnya.
“Tapi untuk saat ini teman-teman di (pelabuhan) Lembar, Lombok Barat belum ada laporan untuk tingkat kenaikan penumpang khususnya pejalan kaki. Jadi normal saja. Tidak ada efek, tapi ada alternatif lain,” jelasnya. (dpi)