Mataram (Inside Lombok) – Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Barat (NTB) merilis data Pertumbuhan Ekonomi NTB pada Rabu (06/01/2019). Dalam data tersebut, perekonomian NTB selama tahun 2018, secara kumulatif, mengalami kontraksi sebesar 4.56%.
Kepala BPS NTB, Suntono, menerangkan bahwa Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada kategori jasa kesehatan dan kegiatan sosial yaitu sebesar 8.08%. Sedangkan dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen konsumsi Lembaga Non Profit Rumahtangga (LNPRT) yaitu sebesar 10.43%. Selain itu, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku untuk triwulan IV tahun 2018 mencapai Rp31.73 triliun, dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp22.93 triliun.
Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS NTB, I Gusti Lanang Putra, menerangkan bahwa kontraksi tersebut terjadi sebagai dampak dari bencana gempa beberapa waktu lalu dimana sektor yang terkait dengan pariwisata mengalami penurunan. Yaitu sektor Pertambangan dan Penggalian -33.71%; Pengadaan air -3.64%; dan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum -4.59%. Jika sektor Pertambangan dan Penggalian tidak dimasukkan ke dalam hitungan, maka Pertumbuhan Ekonomi NTB tersebut menunjukkan kontraksi sebesar 3.08%.
“Sektor pertambangan bisa melambat sampai 33.71% itu karena PT. Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) memasuki fase tujuh, atau fase terakhir di lokasi Batu Hijau. Konsentrat tembaga yang dihasilkan sebanyak 200 ribu sekian DMT tahun 2018. Sementara tahun 2017 sekitar 500 ribu sekian,” ujar Lanang ketika dihubungi Inside Lombok pada Rabu (06/01/2019).
Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2017, pertumbuhan ekonomi NTB mengalami kontraksi sebesar 1.43%, dengan kontraksi tertinggi terjadi pada kategori Pertambangan dan Penggalian yang mengalami kontraksi 13.40%. Sedangkan dari sisi Pengeluaran, Komponen Ekspor Luar Negeri mengalami kontraksi sebesar 67.53%.
Jika dibandingkan dengan triwulan III-2018, pertumbuhan ekonomi NTB tumbuh sebesar 1.81%. Dimana kategori Pertambangan dan Penggalian tumbuh sebesar 50.74%. Sedangkan pengeluaran pada komponen pengeluaran konsumsi pemerintah mengalami pertumbuhan sebesar 20.86%.