Lombok Timur (Inside Lombok) – Badan Pusat Statistik (BPS) Lotim mencatat pertumbuhan ekonomi kabupaten Lombok Timur minus 3,10 persen. Lotim menjadi kabupaten dengan minus paling rendah di Provinsi NTB berdasarkan tabel laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruot (PDRB) tanpa bijih logam.
Kepala BPS Lotim, Ir Lalu Putradi menuturkan minus pertumbuhan ekonomi Lotim paling rendah di antara 10 Kabupaten/Kota lainnya di NTB, atau dengan kata lain pertumbuhan laju ekonomi di Lotim dengan angka paling tinggi di NTB.
“Laporan tersebut berdasarkan data tabel laju pertumbuhan PDRB tanpa bijih logam pada tahun 2020,”ucapnya kepada awak media di ruangannya, Selasa (09/03/2021).
Dikatakan Putradi, data PDRB tanpa bijih logam tersebut tanpa menghitung pertambangan yang ada di Sumbawa. Sementara untuk pertumbuhan ekonomi NTB sendiri minus 5,19 persen.
Sedangkan untuk minus pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi atau pertumbuhan ekonomi yang paling lambat di NTB yaitu kabupaten Lombok Utara sebesar 7,44 persen. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari kota Mataram sebesar 5,51 persen.
Putradi menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Lotim menjadi paling rendah minusnya dikarenakan sumber penghasilan masyarakat tidak dari sektor pariwisata, dan didominasi dari sektor pertanian.
“Berbeda halnya dengan di sektor pariwisata, ketika ada musibah seperti Pandemi, penghasilan dari wisata bisa terpuruk,”terangnya.
Sementara itu, penyebab minusnya pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh tiga faktor yaitu, sektor pertanian yang mengalami penurunan sampai minus 0,39 persen, sektor perdagangan minus 5,39 persen, dan konstruksi minus 14,83 persen.
“Sektor pertanian menurun dikarenakan produksi sejumlah komoditi padi, jagung, tembakau, dan cabe mengalami penurunan,” jelasnya.