34.5 C
Mataram
Sabtu, 23 November 2024
BerandaEkonomiTebu Jadi Sumber Kesejahteraan Baru, Tata Niaga Perlu Dimatangkan

Tebu Jadi Sumber Kesejahteraan Baru, Tata Niaga Perlu Dimatangkan

Mataram (Inside Lombok) – NTB memiliki pabrik gula terbesar di Indonesia Timur, yakni PT Sukses Mantap Sejahtera (SMS) yang berada di Dompu. Pabrik ini sudah ada sejak 2016 memproduksi gula pasir untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Namun, pabrik itu masih mendatangkan gula mentah dari luar negeri untuk di oleh. Lantaran keterbatasan pasokan bahan baku tebu baik di produksi di lahan Hak Guna Usaha (HGU) milik perusahaan ataupun lahan petani mitra.

PT SMS sebenarnya bertekad menjadikan Dompu sebagai sentra produksi gula untuk NTB dan Indonesia Timur dengan mekanisme kemitraan berbasiskan perkebunan petani lokal. Perusahaan menargetkan persentase suplai tebu dari model kerjasama kemitraan sebesar 80 persen. Sementara suplai tebu dari perkebunan milik perusahaan sendiri akan menjadi sekitar 20 persen saja dari total suplai bahan baku perusahaan.

Selama ini perusahaan cenderung kurang mendapatkan dukungan dari otoritas lokal, baik provinsi maupun pemerintahan daerah Dompu. Sehingga, model kerjasama kemitraan dengan petani belum terlalu berkembang, karena hingga kini baru mencapai sekitar 3 ribu hektare. Sementara potensinya di Kecamatan Pekat sangatlah besar, yakni sekitar 11 – 20 ribu hektare.

“Pengembangan komoditas pertanian di Dompu perlu dilakukan dengan kehati-hatian. Penting untuk mempelajari struktur pasar dan memastikannya tidak terjebak dalam oligopoli seperti terjadi pada komoditas jagung,” ujar pengamat ekonomi dari Universitas Mataram, M. Firmansyah, Jumat (5/7).

Ia pun menekankan pentingnya hilirisasi di tingkat lokal. Hal ini dapat dilakukan dengan mengolah produk mentah menjadi produk jadi seperti gula atau produk lain yang memiliki nilai tambah lebih tinggi. Dengan demikian, petani tidak hanya bergantung pada penjualan produk mentah yang rentan terhadap fluktuasi harga. “Hampir semua produk pertanian dapat tumbuh dengan baik di NTB. Namun, tata niaga yang matang adalah kuncinya,” ucapnya

Agar petani tidak kembali terjebak dalam situasi dimana mereka hanya menggantungkan hidup pada satu komoditas yang tidak memberikan imbal hasil yang memadai. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah daerah untuk menelusuri dan mencari sebanyak mungkin pembeli potensial untuk komoditas pertanian yang ingin dikembangkan.

“Pemerintah harus merancang iklim bisnis yang kondusif bagi pengusaha dan petani. Hal ini dapat dilakukan dengan mempermudah perizinan usaha, memberikan insentif pajak, dan membangun infrastruktur yang memadai,” tuturnya.

Hal ini pada akhirnya akan berdampak positif pada kesejahteraan masyarakat di Dompu. Apalagi Dompu memiliki potensi besar untuk mengembangkan komoditas pertanian. Luas lahan yang memadai dan keberadaan pelabuhan di Kilo menjadi modal awal yang menjanjikan. Tetap kunci utama adalah tata niaga yang terencana dan matang.

Sebagaimana diketahui, Kecamatan Pekat lahan tebu kemitraan tercatat sekitar 3 ribu hektare, sementara itu lahan HGU milik perusahaan tercatat tidak kurang dari 3 ribu hektare, meskipun secara legal HGU nya seluas 5 ribu hektare. Saat ini terdapat potensi lahan sekitar 11 ribu hektare di Kecamatan Pekat, namun realisasinya masih sekitar 3 ribu hektare. Begitu juga di Kabupaten Sumbawa, potensi lahan untuk tebu masih tersedia sangat luas. (dpi)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer