Mataram (Inside Lombok) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB melalui Dinas Perdagangan (Disdag) NTB dalam upaya menekan lonjakan harga beras menyiapkan operasi pasar murah di seluruh kabupaten/kota. Operasi pasar ini akan dilaksanakan mulai hari ini (22/2) di BRIDA Lombok Barat (Lobar).
Salah satu yang akan dijual di operasi pasar itu adalah beras. Mengingat harga kebutuhan pokok itu di pasaran mengalami lonjakan, baik untuk medium maupun premium harganya berada di posisi Rp16 – 17 ribu per kilogram (kg). Karena itu di pasar murah yang digelar beras akan dijual sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET).
“Berasnya dari Bulog, karena hanya beras Bulog yang bisa (sesuai, Red) HET sekarang. kami saat ini seluruh di kabupaten/kota dinas perdagangan sudah kami instruksikan untuk melakukan operasi pasar. Pasti kita sama-sama khawatir cuma harus ada solusi, harus ada langkah yang kita ambil,” ujar Kepala Disdag NTB, Baiq Nelly Yuniarti, Rabu (21/2).
Nelly mengatakan, tingginya harga beras di pasaran dipengaruhi juga faktor cuaca. Di mana seharusnya pada Januari sudah memasuki musim panen raya, tapi justru mundur. Bahkan hingga Maret kemungkinan belum panen raya. Kondisi ini pun diklaim tidak hanya terjadi di NTB, melainkan secara nasional. Di mana kondisi suplai beras yang berkurang mempengaruhi harga di pasar.
“Kedua beras premium itu naik, konsumen premium turun ke medium. Itu yang membuat permintaan semakin banyak. Berpengaruh seperti kondisi saat ini, karena itu negara memaksa supaya bapang itu turun sekarang,” tuturnya.
Dengan disalurkan kembali bantuan pangan berupa beras sebanyak 10 kg untuk masing-masing kartu keluarga (KK), mengurangi konsumsi di masyarakat sehingga harga pasar terjaga. Penyaluran bapang ini di NTB sudah disalurkan tahap pertama, karena pemberian bapang dilakukan selama 6 bulan kepada masyarakat miskin.
“Kami berharap pemerintah dengan adanya pembagian bantuan pangan itu akan mengerem masyarakat bawah untuk mencari beras dulu di pasar. Sehingga yang mencari menengah ke atas dulu,” ungkapnya.
Beras untuk bapang merupakan berimpor yang didatangi pemerintah dengan tujuan memenuhi stok pangan yang berkurang. Bahkan NTB pun harus menerima beras impor, dimana diperuntukkan sebagai bapang bukan diperjual belikan di pasar. Lantaran kurang stok secara nasional ini, maka mau tidak mau masih bergantung dengan beras impor.
“Jadi kita sangat bergantung saat ini dalam beras beras yang didatangkan sama Bulog dari beras Impor ini. Betul, harus kita akui. Makanya ini pengalaman kita, pelajaran kita. Makanya kalau punya stok jangan di keluarkan semua. Ini pelajaran juga buat petani-petani kita,” demikian. (dpi)