34.5 C
Mataram
Sabtu, 23 November 2024
BerandaEkonomiTidak Laku Dijual, Seribuan Sapi NTB Dikembalikan dari Jabodetabek

Tidak Laku Dijual, Seribuan Sapi NTB Dikembalikan dari Jabodetabek

Mataram (Inside Lombok) – Lebih dari seribu sapi dari NTB yang dikirim ke wilayah jabodetabek (Jakarta–Bogor–Depok–Tangerang–Bekasi) akan dikembalikan. Pasalnya, sapi-sapi itu tidak laku dijual ketika momentum Iduladha 1444 Hijriah kemarin. Padahal, pengiriman sapi tersebut telah mengikuti rekomendasi yang didasarkan pada kajian peluang pasar oleh stakeholder terkait.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) NTB, Muhammad Riadi mengatakan untuk rekomendasi pengeluaran tidak bisa sembarangan dan harus melihat peluang pasarnya terlebih dulu. Karena itu, ada puluhan perusahaan yang mengirim sapi kurban ke jabodetabek untuk dijual.

“Kita merekomendasikan sebanyak 19.125 ekor sapi sejak sebulan sebelum lebaran Iduladha. Rekomendasi pengeluaran diterbitkan berdasarkan permintaan karena adanya peluang pasar di jabodetabek,” ujar Riadi, Senin (3/7).

Kendati, tidak semua sapi yang dikirim terjual. Penyebabnya diduga ada beberapa faktor, salah satunya banyaknya sapi dari daerah lain yang juga masuk ke jabodetabek secara bersamaan. Kemudian karena faktor daya beli menyebabkan banyaknya hewan kurban yang tidak laku.

“Bisa saja karena hal-hal itu. Karena banyaknya hewan kurban tidak terjual ini, jadi perhatian dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian. Terutama sapi-sapi kita menjadi atensi,” terangnya.

Lebih lanjut, lantaran NTB sampai saat ini tercatat sebagai provinsi bebas penyakit LSD (Lumpy Skin Disease), maka pengembalian sapi-sapi itu juga tengah menjadi perhatian pihaknya. “Kalau sapi-sapi ini dibawa balik lagi ke NTB, penyakit LSD yang dikhawatirkan (terjangkit ke sapi NTB). Apalagi sapi-sapi ini pulang melintasi daerah sumber LSD, seperti di Jawa Tengah,” katanya.

LSD sendiri adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dari keluarga Poxviridae. Penyakit ini ditandai dengan munculnya benjolan pada kulit sapi, terutama pada bagian leher, punggung, dan perut. Kemudian sapi terinfeksi LSD dapat mengalami demam, kehilangan nafsu makan, lesu, dan mengalami penurunan produksi susu.

Sementara, pemulangan kembali sapi-sapi ini tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apalagi tidak bisa dibawa langsung ke pemilik asalnya, karena harus dilakukan karantina di kawasan khusus. Kemudian, selama masa karantina ini juga harus dilakukan vaksinasi. Harus disiapkan pakan yang mencukupi selama masa karantina.

Diterangkan Riadi, jika ada pilihan selain pengembalian, maka sapi-sapi tersebut akan dijual. Saat ini sudah ada dua BUMN, dan salah satu pengusaha dari Palembang yang melakukan penawaran. “Sedang kita bahas melalui zoom, termasuk dengan pengusahanya, dengan Sesdit Nakeswan untuk mencarikan formulanya. Termasuk kita masih meminta laporan berapa angka pasti sapi yang tidak laku ini,” jelasnya. (dpi)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer