Mataram (Inside Lombok) – Ekspedisi Rupiah Berdaulat (ERB) tahun 2025N yang dilakukan di daerah tertinggal, terdepan, terluar (3T) di lima titik di NTB, Yakni pulau Moyo, Medang, Maringkik, Bajo Pulo, dan Pusu Langgudu telah disalurkan. Tak tanggung-tanggung, seluruh persediaan uang baru yang dibawa oleh tim BI sebanyak Rp8,085 miliar ludes diserbu oleh masyarakat. Warga berbondong-bondong menukarkan uang mereka yang sudah rusak dan tidak layak edar.
Deputi Kepala Kantor Perwakilan BI NTB, Ignatius Adhi Nugroho, mengungkapkan bahwa penukaran uang ini dilakukan di lima titik pulau yang menjadi target. Di mana respons masyarakat sangat positif sehingga seluruh uang yang disiapkan langsung habis. “Kondisi uang Yang diterima, dari yang rusak sampai lusuh. Kebetulan uang rusaknya Itu kebanyakan dari pecahan 16, yang terkecil itu pecahan Rp1.000,” ujarnya, kamis (7/8).
Meskipun ekspedisi rupiah berdaulat setiap tahun selalu menyasar wilayah yang sama dengan berbagai jumlah uang rupiah dibawa. Hal ini dilakukan, lantaran kondisi uang yang beredar di wilayah kepulauan cenderung lebih cepat lusuh dibandingkan di perkotaan. Lantaran ada beberapa faktor penyebab, sehingga kondisi uang rupiah di sana lebih cepat lusuh. “Perkiraan saya sih karena di pulau-pulau, terpengaruh dengan cuaca juga. Jangankan penyimpanan uang, rumah mereka saja banyak yang rusak, setiap tiga atau empat tahun harus direnovasi. Kondisi cuaca atau iklimnya ini juga memengaruhi cepatnya uang rusak,” terangnya.
Adanya program ini tidak hanya membantu menjaga kualitas uang kartal yang beredar, tetapi juga memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya merawat uang rupiah sebagai simbol kedaulatan negara. Hal ini menandakan keberhasilan program ini dalam menjangkau masyarakat hingga ke pelosok-pelosok NTB. “Animonya bagus. Semua persediaan uang di lima titik pulau yang kami kunjungi habis tertukar,” pungkasnya. (dpi)

