27.9 C
Mataram
Jumat, 29 November 2024
BerandaEkonomiUmbi Porang NTB Perlu Sentuhan Industrialisasi

Umbi Porang NTB Perlu Sentuhan Industrialisasi

Mataram (Inside Lombok) – Porang belakangan menjadi komoditas pertanian yang potensinya cukup besar. Terutama jika diolah menjadi beberapa produk turunan yang bisa mempengaruhi nilai jual dari porang. Sayangnya, untuk di NTB sendiri komoditas porang justru dijual dalam bentuk mentahan atau belum diolah.

Hal tersebut sangat disayangkan, terlebih komoditas pertanian jenis porang mempunyai nilai jual cukup besar. Apa lagi jika tersentuh industrialisasi maka daya ungkit ekonomi bagi masyarakat dan daerah besar.

“Untuk hasil budidaya porang dari NTB sampai saat ini hanya dikirim gelondongan, ke Pulau Jawa. Dalam sehari bisa kirim 10 ton ke Jawa timur,” ujar Ketua Petani Pegiat Porang Nusantara (P3N) NTB, Puguh Dwi Friawan, Kamis (4/5).

Jika melihat harga jual umbi porang gelondongan dengan yang telah diolah jauh berbeda. Untuk harga porang di tingkat petani saja Rp2.500-3.500 per kilogram (kg) dalam kondisi basah. Sedang di Pulau Jawa, harga beli Rp4 ribu per kg. Lain halnya jika sudah diolah, maka harganya berada diposisi Rp26 ribu per kg dalam bentuk keripik. Sementara dalam bentuk tepung harganya Rp100-150 ribu per kg. Kemudian beras porang Rp200 ribu per kg.

“Budidaya dan industrialisasi tidak diberikan perhatian dari pemerintah daerah maupun pemerintah kabupaten. Harusnya industrialisasi porang ini dilakukan di daerah kita, maka tingkat kesejahteraan petani akan dapat ditingkatkan berlipat-lipat,” jelasnya.

Kemudian aktivitas ekonomi dari seluruh ratai kegiatannya juga akan meningkat. Saat ini untuk budidaya porang terus berkembang, di Lombok Utara saja saat ini sudah ada 2 ribu hektare. Namun, untuk pengembangan ke industrialisasi belum ada.

“Kalau dikelola jadi industrialisasi, bayangkan saja 1 hektare lahan itu dapat menghasilkan 40 ton porang jika ditanam tanpa pohon naungan, dan produksi antara 20 ton sampai 30 ton jika porang ditanam di bawah lahan pohon naungan,” ungkapnya.

Sementara untuk harga bibitnya terbilang murah, yaitu Rp15 ribu per biji. Porang diakui sangat mudah dikembangkan karena tanaman ini terbilang tidak terlalu sulit dalam perawatan. “Itu panen minimal dua musim, atau sekitar 1,5 ton. Perawatannya juga tidak berat seperti tanaman tanaman lainnya,” katanya.

Beberapa waktu lalu ada investor akan membangun pabrik keripik porang di Lombok Barat. Hanya saja belum ada realisasinya sampai saat ini, begitu juga pabrik keripik porang di Masbagik, Lombok Timur, hingga kini belum juga jalan.

“Jika pemerintah serius mengembangkan program industrialisasi, seharusnya pemerintah daerah hadir di kegiatan hilirisasinya, dari pada bangun sistem irigasi tetes yang menelan anggaran belasan miliar, (tapi) tidak bisa dipakai,” imbuhnya. (dpi)

- Advertisement -

Berita Populer