23.5 C
Mataram
Sabtu, 14 September 2024
BerandaEkonomiWastra dan Kriya di Ajang KK-NTB x LSTF Sebagai Pengembangan Ekonomi Kreatif

Wastra dan Kriya di Ajang KK-NTB x LSTF Sebagai Pengembangan Ekonomi Kreatif

Mataram (Inside Lombok) – NTB memiliki potensi yang sangat besar dalam industri kreatif, khususnya sektor fesyen. Di samping fesyen, kriya merupakan sektor unggulan lainnya yang dimiliki oleh NTB. Dalam hal ini, Bank Indonesia bersama dengan Pemprov NTB menyediakan wadah khusus guna mempromosikan kekayaan khazanah tenun, serta produk ekonomi kreatif lainnya melalui penyelenggaraan Karya Kreatif Nusa Tenggara Barat x Lombok Sumbawa Tenun Festival (KK-NTB x LSTF) Tahun 2024.

KK-NTB x LSTF Tahun 2024 yang menjadi wujud nyata dukungan dan kontribusi Bank Indonesia untuk menghasilkan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi daerah yang berkelanjutan, melalui pengembangan UMKM, integrasi ekonomi dan keuangan yang hijau dan inklusif, serta ekonomi dan keuangan digital. Selain itu, juga sebagai ajang promosi pariwisata dan karya kreatif anak-anak muda dan pecinta fesyen di NTB.

“Kami mengajak kepada seluruh stakeholder agar dapat terus mendukung UMKM dengan bela dan beli produk lokal,” ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) NTB, Berry Arifsyah Harahap, Senin (26/8).

UMKM adalah jantung perekonomian yang menyumbang sebagian besar lapangan kerja di Indonesia, menjadi motor penggerak bagi ekonomi daerah dan penyangga ketahanan ekonomi nasional. Namun beberapa tahun terakhir ini, ada tantangan bagi UMKM semakin berat karena masuknya produk impor dari berbagai platform online menjadikan persaingan di pasar UMKM termasuk tekstil yang semakin ketat.

- Advertisement -

“Pelaksanaan KK-NTB x LSTF ini merupakan momentum untuk memperkuat komitmen bersama untuk melakukan afirmasi keberpihakan terhadap produk dalam negeri,” terangnya.

Namun mengubah mindset masyarakat untuk bisa cinta dan bangga akan produk Indonesia saja tidak cukup, diperlukan langkah-langkah strategis dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat tersebut. Dari sisi pengambil kebijakan, berbagai langkah seperti kewajiban lembaga pemerintah daerah NTB untuk menggunakan produk lokal termasuk UMKM adalah hal yang konkret. Dari sisi UMKM-nya sendiri berbagai langkah juga harus dilakukan untuk menjaga daya saing.

“Kami di Bank Indonesia telah menetapkan pengembangan UMKM sebagai sasaran untuk mendukung kebijakan utama Bank Indonesia dalam mencapai kestabilan nilai rupiah. Apalagi NTB memiliki potensi yang sangat besar,” demikian. (dpi)

- Advertisement -


Berita Populer