Lombok Barat (Inside Lombok) – Para generasi muda, terutama mahasiswa diajak untuk lebih peka dan disiapkan agar memiliki pemahaman untuk menyikapi perubahan iklim yang semakin tidak terkendali saat ini.
Menyikapi fenomena ini, BMKG Kediri menggandeng para mahasiswa dari belasan perguruan tinggi di Pulau Lombok untuk belajar dan menggalakkan kampanye perubahan iklim melalui program “literasi iklim”.
“Literasi iklim ini program baru di BMKG, yang tujuannya adalah kita memberikan informasi kepada mahasiswa. Bahwa memang perubahan (iklim) di tempat kita, sekarang sudah nyata terjadi,” terang Kepala BMKG Kediri, Nuga Putrantijo, di sela-sela acara literasi iklim di aula Stikes Yarsi Mataram, Selasa (03/09/2024).
Para mahasiswa dan generasi muda ini diharapkan dapat melakukan aksi yang nyata untuk menyelamatkan bumi, mulai dari hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan mereka. “Jadi mahasiswa dari belasan universitas ini akan membuat rencana aksi, apa yang akan mereka lakukan. Setelah menerima materi perubahan iklim dari BMKG,” imbuhnya.
Para mahasiswa ini juga diajak aktif untuk mengkampanyekan perubahan iklim yang saat ini terjadi. Supaya masyarakat luas juga bisa memiliki pengetahuan dan ilmu untuk menyiapkan langkah antisipasi akan bahayanya dampak perubahan iklim tersebut. “Mahasiswa sebagai generasi muda, yang kita harapkan bisa jadi pioner yang terdepan bagaimana mitigasi untuk mengurangi efek perubahan iklim,” jelas dia.
Nuga mengakui, bahwa secara data, kondisi saat ini memang terjadi kenaikan suhu yang cukup signifikan. “Jadi dalam satu dekade terakhir, terutama dari tahun 2020 sampai saat ini, kenaikan suhu di NTB cukup signifikan. Kita sudah 1,45 derajat kenaikan suhunya,” beber pria berkaca mata ini.
Padahal, kata dia, dalam konferensi-konferensi internasional tentang iklim. Kenaikan suhu akibat perubahan iklim ini diprediksi maksimal hingga 2 derajat, dengan jangka waktu yang diprediksi maksimal 10 tahun. Sehingga dengan kenaikan suhu yang saat ini sudah mencapai 1,45 derajat itu dianggap sudah hampir mencapai maksimal. “Jadi kita selisihnya tinggal 0,55, itu sedikit sekali. Padahal jangka waktunya harusnya tinggal 10 tahun lagi,” khawatirnya.
Oleh karena itu, para generasi muda diberikan bekal pengetahuan untuk menghadapi perubahan iklim ini kedepannya. Bahkan hasil dari program literasi iklim ini nantinya diharapkan mampu menghasilkan gerakan aksi dari para pemuda. “Gerakan aksi ini akan dimulai dengan melakukan kampanye melalui sosial media mereka. Terkait dengan informasi perubahan iklim yang telah diberikan,” pungkas Nuga.
Sementara itu, Mardin, salah seorang mahasiswa yang turut menjadi peserta dalam acara literasi iklim itu merasa bersyukur. Karena BMKG memiliki program untuk menyadarkan para generasi muda akan perubahan iklim yang sudah mulai terjadi dan dirasakan saat ini. “Kegiatan ini sangat bagus, dengan adanya kegiatan ini, kami sebagai mahasiswa jadi bisa mengetahui perkembangan cuaca dan perubahan iklim saat ini,” aku Mardin.
Bekal pengetahuan mengenai iklim ini dianggapnya penting, terlebih dirinya bakal menjadi tenaga kesehatan jika lulus nanti. “Karena memang ada juga kaitannya dengan faktor kesehatan. Bagaimana kami sebagai calon tenaga kesehatan bisa memberikan penanganan dan penyuluhan mengenai perubahan iklim yang juga berkaitan dengan dunia kesehatan,” tutupnya. (yud)