Mataram (Inside Lombok) – Salah satu ikon budaya milik NTB adalah kerajinan kriya tenun berupa tenun ikat yang tersebar di daerah-daerah, baik di Pulau Lombok maupun Pulau Sumbawa. Karena itu, sepatutnya masyarakat NTB turut melestarikan ikon budaya tersebut.
Untuk memberi wawasan tentang pelestarian itu, Museum Negeri NTB menggelar Lomba Peragaan Busana dengan tema “Tenun Ikat Kasual” di Lobi Museum NTB, Sabtu (29/06/2019). Kegiatan tersebut sekaligus untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap tenun ikat asli NTB.
Kepala Seksi Penyajian dan Layanan Edukasi Museum NTB, Sukiah, menerangkan bahwa peragaan busana tersebut memang merupakan program rutin Museum NTB. Sasarannya sendiri adalah anak-anak usia TK-PAUD se-Kota Mataram.
“Pesertanya dari TK-PAUD supaya anak sejak sedini mungkin belajar mencintai tenun ikat NTB yang merupakan warisan leluhur,” ujar Sukiah saat ditemui di sela-sela acara.
Setidaknya ada 75 orang anak yang mendaftar mengikuti lomba peragaan busana tersebut. Masing-masing peserta telah menyiapkan pakaian yang telah dirancang sendiri dengan berkereasi menggunakan tenun ikat dari daerah Bima, Sumbawa, dan Lombok.
Sukiah sendiri menerangkan lebih lanjut bahwa pemilihan tema kasual adalah untuk mematahkan anggapan bahwa kain tenun ikat, maupun kain tenun lainnya secara umum, hanya diperuntukan bagi acara-acara formal. Menurut Sukiah, kain tenun NTB justru sangat cocok dipakai dalam aktifitas sehari-hari.
“Supaya tidak ada kesan bahwa tenun ikat itu hanya boleh untuk acara-acara resmi, hanya untuk acara yang sifatnya budaya. Tetapi bisa dipakai ke pantai, bisa dipakai ke mana-mana sehari-hari,” ujar Sukiah.
Para anak yang berlomba menujukkan kebolehannya berjalan di atas panggung sendiri dinilai oleh tiga orang juri yang akan menilai dari segi busana, penguasaan panggung, dan sikap. Kegiatan ini sendiri diharapkan dapat membantu melestarikan budaya dalam rangka menggali kearifan leluhur yang dimiliki.