Mataram (Inside Lombok) – Salah satu yang dikhawatirkan para pengungsi gempa Lombok saat memasuki musim hujan, selain genangan air yang masuk ke tenda adalah wabah penyakit. Penyakit yang sering melanda warga di NTB pada saat musim hujan tiba ialah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan diare.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB dr. Nurhandini Eka Dewi, menjelaskan saat tiba musim hujan biasanya sumur-sumur mulai tercemar dengan air yang keruh sehingga inilah penyebab terjadinya penyakit diare itu bisa muncul.
Ia juga membahas tentang kebutuhan air bagi para pengungsi dan penggunaanya ketika menghadapi musim hujan yang berpotensi membawa wabah penyakit.
“Pertama yang kita harapkan adalah kebutuhan air bersih bagi para pengungsi, itu betul-betul diperhatikan dan yang kedua air harus dimasak untuk menghindari kasus diare,” jelasnya, Jumat (9/11/2018).
Sementara itu kondisi Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Pondok Bersalin Desa (Polindes) yang menjadi akses terdekat masyarakat di daerah terdampak gempa masih belum bisa beroperasi. Oleh karena itu Dinas Kesehatan Provinsi NTB akan menyediakan puskesmas keliling terutama di daerah Lombok Utara dan Lombok Timur.
“Nanti kita minta Dinas Kesehatan Lombok Utara dan Lombok Timur untuk lebih mengaktifkan puskesmas dan itu sudah dibicarakan dengan kabupaten kota,” ujar Eka.
Sedangkan untuk kasus Malaria di daerah KLB ada 386 yang sudah teridentifikasi. Setiap minggu jumlahnya semakin berkurang, bahkan sudah terbilang sangat sedikit. Sehingga status KLB Malaria sudah bisa dicabut dalam waktu dekat.
Kasus demam berdarah untuk saat ini belum terlihat. Khusus Provinsi NTB, kasus demam berdarah yang paling banyak ada terjadi di Kota Mataram, yang kedua di Lombok Timur, dan ketiga di Sumbawa. Terlebih lagi, rata-rata tempat tersebut bukan di lokasi terdampak bencana alam. Namun, pencegahan tetap dapat dilakukan dengan 3M, yaitu menguras, mengubur, dan menimbun. (IL4)