Mataram (Inside Lombok) – Secara kumulatif catatan HIV di NTB sejak 2001 hingga September 2023 berjumlah 1.745 kasus, sedangkan AIDS berjumlah 1523 kasus. Memasuki penghujung 2023 ini, kasus baru HIV hingga September lalu sebanyak 268 kasus, dan AIDS sebanyak 131 kasus.
“HIV/AIDS di NTB lebih banyak dialami oleh laki-laki dengan perbandingan jumlah kasus perempuan banding laki-laki sama dengan 2 banding 7,” ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) NTB, Lalu Hamzi Fikri, Kamis (7/12) pagi.
Ia mengatakan, strategi penanggulangan HIV/AIDS yang dilakukan pemerintah antara lain melalui pencegahan dengan penerapan perilaku aman. Selain itu aktivitas konseling, edukasi, penatalaksanaan IMS (Infeksi Menular Seksual) dan pelaksanaan sirkumsisi terus dilakukan.
“Kita juga lakukan pemberian kekebalan HPV, pengurangan dampak buruk bagi penasun (Pengguna Napza Suntik), pencegahan dengan skrining, pemberian ARV profilaksis, melaksanakan uji saring dan penerapan kewaspadaan standar,” ujarnya.
Pencegahan kasus HIV/AIDS di NTB dilakukan pula dengan sosialisasi kepada masyarakat mengenai HIV/AIDS. Untuk mengetahui sudut pandang masyarakat tentang HIV/AIDS, terutama bagi masyarakat di daerah terpencil. “Dilakukan pula sosialisasi ke hotspot-hotspot seperti kegiatan mobile clinic, pemberian sosialisasi dan edukasi di sekolah dengan materi yang berkaitan dengan reproduksi serta materi tentang NAPZA” kata Fikri.
Pemerintah juga menyediakan jasa konseling kepada calon pengantin, terutama edukasi tentang melakukan hubungan seksual yang aman hanya dengan satu pasangan. Apabila ditemukan masyarakat yang memiliki pekerjaan yang dapat berpotensi atau memicu kemungkinan tertular HIV/AIDS, maka diberikan penjelasan untuk screening HIV secara rutin agar dapat mengantisipasi risiko penularan sejak dini.
“Selanjutnya dilakukan Surveilans dengan intensifikasi penemuan kasus secara aktif dan pasif, pengamatan epidemiologi HIV, AIDS, dan IMS dengan pengolahan, analisis, interpretasi, serta diseminasi informasi, mendapatkan informasi resistensi obat ARV dan gonore (kencing nanah), serta menggunakan data dan informasi untuk pengambilan keputusan,” tambahnya.
Dari segi promosi kesehatan menggunakan tenaga dari pengelola program untuk mempromosikan kesehatan HIV, AIDS, dan IMS. Dalam promosi tersebut memuat pesan pencegahan dan pengendalian HIV, AIDS, dan IMS terintegrasi dengan pemanfaatan media cetak/elektronik dan tatap muka. “Kita juga melaksanakan promosi kesehatan dengan penyampaian KIE serta pelibatan tokoh masyarakat dan tokoh agama,” katanya.
Bertepatan dengan Hari AIDS Sedunia yang jatuh pada 1 Desember lalu, berbagai upaya juga dijalankan dengan semangat “Bergerak Bersama Komunitas, Akhiri AIDS 2030.” Pesan kunci dari tema tersebut yakni mengajak komunitas atau masyarakat untuk berperan aktif dalam melakukan perubahan, berkontribusi dalam mencegah penularan virus HIV ke orang lain, terutama pasangan. (azm)