Mataram (Inside Lombok) – Penurunan kasus stunting di Kota Mataram terus dimaksimalkan dan ditargetkan menurun di akhir 2024 ini hingga 5 persen. Terlebih saat ini Kelurahan Mataram Barat menjadi satu wilayah yang sukses bebas dari kasus stunting.
Walikota Mataram, Mohan Roliskana mengatakan saat ini kasus stunting di Kota Mataram masih berada pada posisi 7,9 persen. Data ini disebut belum divalidasi dan kemungkinan besar akan lebih rendah lagi. “Di penghujung kami optimis 5 persen akan tercapai,” katanya.
Program-program penurunan stunting sudah banyak direalisasikan di Kota Mataram. Penanganan stunting ini tidak saja dilakukan oleh satu organisasi perangkat daerah (OPD) saja melainkan secara bersama-sama. “Sudah banyak program terkait dari OPD terkait, BP2KB, Dinas Kesehatan dan dukungan dari stakeholder juga banyak dan macam-macam programnya,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram, Emirald Isfihan mengatakan kondisi masing-masing kelurahan berbeda-beda. Misalnya, Kelurahan Mataram yang sudah dinyatakan bebas kasus stunting dan bisa dijadikan contoh penanganan bagi kelurahan yang lain. “Untuk kelurahan yang lain mengejar juga seperti apa yang terjadi di Mataram Barat. Kita harapkan nanti disitu peran kader dan kelurahan ini untuk aktif sasarannya apa,” katanya.
Ia mengharapkan kasus stunting di kelurahan Mataram Barat tidak muncul lagi. Karena kasus stunting ini bisa saja muncul kembali dengan adanya ibu hamil yang kekurangan gizi. “Kasus-kasus ini yang kita perhatikan sekarang,” ujar Emirald.
Kawasan yang masuk zona merah yaitu Kelurahan Selaparang. Intervensi terhadap kelurahan yang masuk zona merah ini yaitu dengan memasifkan penanganan. “Ini mulai dari pola asuh. Apakah diasuh sama orang tua, neneknya dan pola pemberian makanan serta kesehatan lingkungan,” sambungnya.
Intervensi terhadap kasus stunting ini katanya sudah mulai dimaksimalkan melalui pemberian makanan. Tidak saja berupa dua butir telur melainkan saat ini sudah mulai tambah dengan pemberian daging dan sayur. “Ini supaya lebih cepat. Maksimal kita bisa mendapatkan perubahan dari anak-anak ini selama 90 hari terapi,” katanya. (azm)