Mataram (Inside Lombok) – Tren kasus penyakit tidak menular (PTM) cukup tinggi di Indonesia, salah satunya obesitas. Hal ini disebabkan oleh pola hidup masyarakat yang berubah drastis saat ini. Untuk mengendalikannya yaitu dengan memaksimalkan kembali gerakan masyarakat hidup sehat (germas).
Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) NTB, Lalu Hamzi Fikri mengatakan perkembangan teknologi saat ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mempermudah hidup mereka. Tidak seperti zaman dahulu yang membutuhkan banyak gerak agar bisa mendapatkan yang diinginkan.
“Kalau mau ke warung saja sekarang tinggal pakai motor. Kalau mau pesen makan tinggal online saja dan itu memudahkan,” katanya. Pola hidup ini menjadi faktor risiko PTM termasuk obesitas. “Yang terpenting sekarang diajak oleh kesehatan itu mengaktifkan lagi germas,” katanya.
Fikri mengatakan, tidak saja kurang gerak, konsumsi makanan juga sudah mulai banyak berubah. Misalnya makan buah dan sayur yang mulai berkurang. “Ini konsumsi gula berlebih, lemak berlebih ini menjadi faktor,” katanya.
Ia menyebutkan, jumlah kasus berat badan berlebih setiap tahun mengalami peningkatan di Indonesia. Berdasarkan data riset kesehatan dasar (riskesdas) misalnya pada tahun 2018 sebanyak 13,6 persen dan untuk kasus obesitas dari tahun 2007 hingga 2018 sebesar 21,8 persen. “Ini obesitas itu kita lihat pada lingkar perut. Jadi kalau perempuan itu lebih dari 80 cm, dan laki-laki lebih dari 90 cm,” terangnya.
Untuk menurunkan kasus PTM di Indonesia khususnya NTB, maka harus ada kebijakan yang dibuat. Ia menyarankan semua lapisan masyarakat untuk menjaga kesehatan dengan memaksimalkan gerakan masyarakat hidup sehat. “Dari sejak muda mari berperilaku hidup sehat itu,” terangnya. (azm)