Mataram (Inside Lombok) – Institut perempuan untuk perubahan sosial (InSPIRASI) NTB bersama Pemerintah Kota (Pemkot) Mataram berkolaborasi penanganan kasus tuberkulosis (TBC). Kasus TBC yang sudah yang sudah ditangani di Mataram sebesar 90 persen dari target 2.414 kasus.
Direktur InSPIRASI NTB, Nurjanah mengatakan selama ini pihaknya aktif untuk melakukan penelusuran ke masyarakat untuk mempercepat penanganan kasus TBC. Karena TBC salah satu penyakit yang cepat sekali penularannya.
“Kami melakukan tracing TBC secara massif yang bekerja sebagai pejuang dahak dengan turun langsung ke warga, jadi kita ingin data-data di puskesmas yaitu indek kasus kemudian dilakukan tracking berbasis data untuk menemukan kelompok-kelompok risiko tinggi,” katanya, Kamis (7/12) pagi.
Ia mengatakan, setelah penelusuran maka penderita TBC dirujuk untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Pelayanan bagi masyarakat yang tertular TBC bersifat gratis dan penanganan ini juga masuk ke dalam program nasional.
Sementara itu, Asisten I setda Kota Mataram, Lalu Martawang menyebutkan berdasarkan data yang diterima capaian sesuai indikator standar pelayanan minimal (SPM) yaitu sebesar 71,98 persen atau 8.457 orang. Capaian tersebut dari target temuan yang terduga tertular TBC sebanyak 11.739 orang. “Dengan penemuan kasus sebesar 63,4 persen atau 1.974 orang dari target 2.414 orang dengan tingkat keberhasilan pengobatan sebesar 90 persen.” katanya.
Kepala Bidang Pencegahan Penyakit pada Dinas Kesehatan Kota Mataram, Andre Sebastian mengatakan untuk memaksimalkan penanganan TBC di Kota Mataram harus ada tim khusus yang dibentuk. Sama seperti kasus-kasus yang ditemukan di tengah masyarakat sebelumnya salah satunya Covid-19.
“Proses yang lebih maksimal di tahun-tahun sebelumnya. Butuh penguatan dari strategi nasional. Ada tim percepatan koordinasi dengan lintas sektor,” katanya Kamis (7/12) pagi.
Dengan adanya tim ini, Dinas Kesehatan Kota Mataram menargetkan tahun 2025 pemda bisa mengeliminasi TBC. “Kendala di lapangan pengobatan. Kadang umpan balik pengobatan. Edukasi ke masyarakat dan adanya stigma juga,” tegasnya.
Selama ini, masih ada masyarakat yang malu untuk berobat karena khawatir dengan stigma masyarakat. Tidak itu saja, pengobatan yang diberikan dianggap berbayar padahal gratis. “Edukasi bahwa pengobatan gratis,” tegasnya.
Kasus TBC di Kota Mataram tersebar di enam kecamatan di Kota Mataram. Adapun jumlahnya dikatakan Andre sangat bervariatif. Di masing-masing puskesmas ada tim yang ikut melakukan deteksi dini. “Kasus yang terdeteksi itu 1.900 an. Penyebaran itu karena proses berkeliling,” katanya.
Di Kota Mataram lanjut Andre juga sudah tersedia Pemeriksaan laboratorium dengan Tes Cepat Molekuler (TCM) di beberapa rumah sakit dan puskesmas. TCM ini merupakan terobosan dalam percepatan penanggulangan TBC dengan mempermudah akses dan mempercepat diagnosis.
“Kita ada TCM di Puskesmas tanjung karang, Puskesmas karang taliwang dan di RSUD Kota Mataram jadi sudah tidak hanya tes dahak saja tetapi lebih menyeluruh,” katanya. (azm)