26.9 C
Mataram
Minggu, 26 Januari 2025
BerandaKriminalMerasa Trauma, Korban Pencabulan di Salah Satu SD Swasta di Mataram Segera...

Merasa Trauma, Korban Pencabulan di Salah Satu SD Swasta di Mataram Segera Dapat Pendampingan Psikolog

Mataram (Inside Lombok) – Kasus pencabulan terhadap anak di salah satu sekolah dasar berbasis SDIT di Kota Mataram terus bergulir. Pendamping Korban, Ade Lativa Fitri alias Adel mengatakan korban dan orangtua korban saat ini merasa sangat terpukul dan trauma.

“Saat ini, kami tengah dan akan melaksanakan pendampingan berupa asesmen, konseling, dan lain-lain. Sementara ini, pendampingan psikologis dijadwalkan akan terlaksana minggu depan,” jelas Adel kepada Inside Lombok (24/01).

Sampai saat ini, Adel beserta korban dan orangtua korban tengah berkoordinasi dengan sejumlah pihak agar memperkuat dukungan dalam menangani kasus ini. Terutama untuk menguatkan pelaporan yang telah ditempuh oleh orangtua korban. “Sebagai pendamping, kami tengah berkoordinasi dengan beberapa pihak,” ucap Adel yang juga merupakan ketua komunitas Senyum Puan itu.

Lebih lanjut, Adel menjelaskan bahwa terdapat orangtua korban lain yang belum bersedia membuat BAP. Meskipun begitu, Adel dan Senyum Puan akan tetap bersedia menerima para korban yang hendak mendapatkan pendampingan. Adanya orangtua korban yang belum bersedia melapor, bagi Adel, itu adalah hal wajar. Sebab, kasus ini telah mendapatkan atensi yang cukup besar dari masyarakat. Sehingga, ada perasaan takut dan malu yang timbul, terutama pada orangtua korban.

- Advertisement -

“Namun, yang terpenting sekarang adalah kondisi korban dan orangtua korban. Korban dan orangtua korban tentunya mengalami trauma berat, juga adanya perasaan merasa sendiri lantaran orangtua korban lain tidak berada dalam barisan yang sama. Jadi, penguatan psikologis keduanya yang kami nomor satukan saat ini,” terang Adel.

Terakhir, Adel mengharapkan agar korban dan orangtua korban mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Serta, seluruh pihak bersedia mengawal kasus ini secara kolektif. “Meskipun tidak terjadi bentuk kekerasan seksual yang ekstrem, tapi keberanian korban dan orangtua korban dapat mencegah eskalasi kejahatan dari terduga pelaku,” tandas Adel. (gil)

- Advertisement -

Berita Populer