34.5 C
Mataram
Sabtu, 23 November 2024
BerandaLingkunganMelihat Paok Laus, Burung Langka yang Masih Ada di Kawasan TNGR

Melihat Paok Laus, Burung Langka yang Masih Ada di Kawasan TNGR

Mataram (Inside Lombok) – Burung paok laus atau pitta elegans menjadi salah satu satwa langka yang masih ada di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Burung ini pun masuk kategori dilindungi, karena jumlahnya yang semakin sedikit akibat perburuan.

Jika dilihat secara fisik, paok laus berukuran kecil, hanya sekitar 16-18 centimeter. Kepala bagian atas dan sisinya hitam, coret-alis bungalan panjang, bagian bawah bungalan, bahu biru keperakan, tungging merah. Kemudian bulu primer dengan atau tanpa bercak putih ketika sedang terbang. Burung muda lebih kusam hanya sedikit warna biru pada sayap, perut bawah kemerah-jambuan dan ujung paruh oranye.

“Saat ini kami dalam tahap identifikasi dan verifikasi potensi biodiversitas di kawasan TN Gunung Rinjani. Secara umum, spesies ini sebarannya merata dapat ditemukan hampir di semua kawasan TNGR,” terang Pengendali Ekosistem Ahli Pertama TNGR, Kenny Aprilliani, Senin (30/10).

Burung ini dapat dijumpai di kawasan TNGR, hampir di semua jalur pendakian sampai ketinggian 2000 mdpl. Sebagian besar hidupnya di tanah atau lantai pohon, untuk keberadaannya sangat mudah diketahui dengan suara yang khas ketika burung tersebut berkicau.

“Masa berkembang biaknya dari bulan Desember hingga bulan Mei. Untuk populasinya belum dihitung,” ujarnya. Sarang paok laus sendiri berupa berbagai bahan ranting, daun kering, akar atau serabut tanaman dan lumut. Kemudian untuk pemda antara burung jantan dan betina dewasa memiliki morfologi yang hampir sama namun cenderung berbeda pada ukuran tubuh.

Sebagai informasi, paok laus adalah jenis burung yang merupakan famili pittidae dan cukup sulit dijumpai karena sifatnya yang pemalu dan sangat sensitif atas kehadiran manusia. Jenis burung ini biasanya memantau situasi dari tempatnya bertengger.

Jika terdengar ada yang mendekat, paok laus biasanya segera terbang dan menghilang. Bulu sayapnya yang hijau kerap digunakan sebagai penyamaran, agar tidak terlihat predator. “Bagi para pengunjung TN Gunung Rinjani maupun masyarakat agar tidak memasang jebakan maupun menangkap satwa ini. Biarkan kicauan burung di alam menjadi penghibur rasa lelah saat melakukan pendakian,” imbau Kenny. (dpi)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer