25.5 C
Mataram
Sabtu, 23 November 2024
BerandaLingkunganPenggunaan Energi Baru Terbarukan di NTB Butuh Sosialisasi Lebih Masif

Penggunaan Energi Baru Terbarukan di NTB Butuh Sosialisasi Lebih Masif

Mataram (Inside Lombok) – Masyarakat terutama perempuan dan kelompok disabilitas memiliki akses yang terbatas terhadap energi yang terjangkau dan dapat diandalkan. Mayoritas orang yang tidak memiliki layanan energi modern tinggal di daerah pedesaan dan terpencil, termasuk di NTB. Padahal ketersediaan minyak tanah dan energi listrik terbatas.

Project Koordinator Program We For Jet NTB, Nurjanah mengtakan wilayah pulau yang sulit di jangkau oleh transportasi juga membuat beban kerja perempuan semakin berat, meningkatkan waktu kerja karena harus mencari kayu bakar, serta menghilangkan peluang pengembangan ekonomi. Bagi perempuan dan orang dengan disabilitas, situasi ini menyebabkan peningkatan risiko keamanan dan keselamatan dalam mengakses kebutuhan hidup.

Pemerintah telah menetapkan kebijakan bauran energi di Indonesia untuk mendorong akselerasi pemanfaatan energi baru dan terbarukan. Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional. Target bauran energi baru dan terbarukan pada tahun 2025 paling sedikit 23 persen dan 31 persen pada tahun 2050.

Sejak Juli 2023, Yayasan Penabulu secara kolaboratif bekerja pada proyek “WE FOR JET Indonesia. Proyek ini bertujuan pada tahun 2030, perempuan dan kelompok rentan mendapatkan manfaat dan memimpin transisi energi yang adil dan transformative untuk meningkatkan kesejahteraan dan mata pencaharian.

“Salah satu instrumen penting untuk mencapai transisi energi yang adil bagi komunitas, perempuan dan disabilitas adalah aspek pengintegrasian pendekatan GEDSI dalam JET. Mengingat pentingnya hal tersebut, Yayasan Penabulu melakukan desain studi transisi energi berkeadilan dengan pendekatan feminis di Provinsi NTB,” ujarnya.

Di NTB, masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan sosialisasi secara langsung dari pemerintah terkait energi baru terbarukan. Hal ini menyebabkan, masyarakat belum memiliki gambaran kedepan jika BBM atau gas elpiji semakin langka atau bahkan sudah tidak ada lagi.

“Belum ada gambaran sejauh ini. Karena yang penting sekarang Gas Elpiji 3 kg masih tersedia,” kata salah seorang pedagang kaki lima Tugini di Lombok Barat.

Ia mengaku, selama ini keberadaan gas elpiji terutama ukuran 3 kg sangat membantu usaha yang dijalankan. Karena jika terjadi terjadi kelangkaan gas elpiji, belum ada gambaran untuk menjadi solusi. “Kan suami juga jualan cilok keliling jadi sangat membutuhkan gas elpiji 3 kg,” katanya. (azm)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer