Mataram (Inside Lombok) – Tim penelitian dari Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan (STTL) Mataram menggelar edukasi dan pelatihan bagi Kelompok Wanita Tani Desa Darmaji, Lombok Tengah, untuk pembuatan aktivator pupuk organik skala rumah tangga dengan memanfaatkan mikroorganisme lokal (MOL). Program ini masuk dalam skema pemberdayaan berbasis masyarakat untuk ruang lingkup pemberdayaan masyarakat pemula.
Tim ini diketuai oleh Nurhidayah S.Si., M.Ling dengan anggota tim Hijriati Sholehah, S.Si., M.Si, serta Nefi Andriana Fajri, S.Pt., M.Si. Turut terlibat dua orang mahasiswa Hairun Anwar dan Sahril Ramadoan, serta Kelompok Wanita Tani Desa Darmaji sebagai mitra. Sesi edukasi dan pelatihan menghadirkan Enida Fatmalia, S.Pd. M.Pd. sebagai pemateri.
Edukasi dan pelatihan digelar pada Selasa, 23 Oktober 2024, dengan melibatkan mitra. “Kita gelar sosialisasi, edukasi dan pelatihan pembuatan MOL dengan memanfaatkan bahan organik dari limbah rumah tangga seperti limbah sayur, buah, sisa makanan, air cucian beras dan bonggol pisang, serta gula pasir,” ujar Nurhidayah selaku Ketua Tim.
Dijabarkan, kondisi kesuburan tanah Desa Darmaji secara umum cukup subur, meliputi kelas satu seluas 10 persen, kelas dua seluas 30 persen, dan kelas tiga seluas 60 persen. Ibu-ibu Desa Darmaji di samping tugasnya mengurus rumah tangga dan mengasuh anak-anak juga tenaganya dibutuhkan untuk menanam padi, sementara laki-laki mengolah tanah.
“Penduduk Desa Darmaji mayoritas mata pencahariannya adalah sebagai buruh tani/perkebunan dan petani/pekebun, serta buruh harian lepas,” ungkapnnya. Jika melihat ragam jenis pekerjaan dan profesi warga Desa Darmaji itu, terlihat potensi pengembangan Desa Darmaji di bidang pertanian.
Dijelaskan, MOL yang telah dibuat dan difermentasi selama 3-5 hari nantinya diaplikasikan pada pembuatan pupuk organik, sehingga masyarakat diharapkan tidak terlalu bergantung lagi pada pupuk kimia. Berdasarkan temuan pihaknya, selama ini masyarakat Desa Darmaji menggunakan pupuk kimia yang tidak ramah lingkungan.
“Kelompok Wanita Tani di beberapa dusun membuat pupuk organik (kompos) dengan menggunakan aktivator EM4 yang dibeli dari toko pertanian, sehingga melalui kegiatan ini masyarakat tidak lagi mengeluarkan biaya untuk membeli aktivator EM4, karena masyarakat dapat membuat sendiri bioaktivator dari limbah rumah tangga,” ujarnya.
Di sisi lain, program ini dapat terwujud berkat dukungan Direktorat Riset, Teknologi dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM). “Kami mengucapkan terimakasih kepada DRTPM yang memberikan Dana Hibah Pengabdian Kepada Masyarakat melalui Skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat (PMP) Tahun Anggaran 2024. Ucapan terimakasih juga kepada Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan Mataram dan pihak yang membantu dalam pelaksanaan pengabdian ini,” pungkas Nurhidayah. (r)