Lombok Barat (Inside Lombok) – Dalam proses pelipatan surat suara untuk pemilu 2024 ini, KPU Lobar kembali memanggil sebagian besar pelipat yang memang sudah direkrut saat pemilu 2019 silam. Jumlah pelipat suara itu pun mencapai sekitar 168 orang.
“Kalau yang lipat (surat suara) itu masyarakat umum, sebagian besar pelipat kita di 2019,” ujar Ketua KPU Lobar, Bambang Karyono, saat ditemui di gudang logistik KPU Lobar beberapa hari yang lalu.
Para pelipat itu pun terdiri dari berbagai kalangan. Tidak hanya anak muda, melainkan juga bapak-bapak hingga ibu-ibu rumah tangga. Diakuinya, tidak ada kriteria khusus yang harus dipenuhi oleh para pelipat surat suara tersebut, termasuk soal kategori usia.
Mereka yang dipekerjakan kembali itu dinilai adalah orang-orang yang cukup berpengalaman. “Intinya mereka tahu membedakan mana yang rusak dan tidak. Kita juga ajarkan dan latih bagaimana teknis pelipatannya,” terangnya.
Terkait dengan honor, Bambang menyebut per kotak surat suara yang sudah dilipat, honornya sekitar Rp200-300 ribu per kotak. Pihaknya pun menargetkan agar pelipatan surat suara tersebut dapat tuntas pekan ini. “Jadi nanti terserah mereka akan berbaginya bagaimana,” imbuhnya.
Ditemui di sela-sela melipat surat suara, Safi’i menuturkan ia telah bekerja untuk membantu melipat surat suara sejak pemilu 2019 silam. Bahkan ia rela untuk libur berjualan demi dapat membantu mensukseskan jalannya pesta demokrasi yang berlangsung setiap 5 tahun sekali itu.
“Biasanya sehari-hari ibu jualan buka warung kecil-kecilan,” tutur perempuan berhijab ini. Terkait honor, dia menyebut biasanya dihitung per lembar surat suara yang dilipatnya.
“Kalau untuk surat suara DPR biasanya Rp200 rupiah selembar. Kecuali yang (surat suara) presiden, itu lain. Biasanya Rp150 rupiah per lembar,” bebernya. Karena untuk surat suara presiden diakuinya perkotak biasanya berisi ribuan lembar.
Berbeda dengan surat suara lainnya, seperti DPR yang isinya berkisar sekitar 500 lembar per kotaknya. Biasanya, dalam sehari ia dan kelompoknya bisa melipat rata-rata hingga 7 kotak surat suara.
“Biasanya kita mulai dari jam 9 sampai jam 5 sore, tapi kalau lembur beda lagi, sampai malam biasanya,” ujar perempuan usia 48 tahun ini. Safi’i mengaku senang bisa kembali dilibatkan dalam proses pelipatan surat suara pemilu tersebut. Karena bisa menambah penghasilan dan juga teman baginya. Terlebih suasana saat proses pelipatan di gudang logistik KPU Lobar tersebut diramaikan oleh berbagai kalangan. (yud)