Lombok Barat (Inside Lombok) – Kondisi jalan yang gelap gulita menuju beberapa desa wisata di wilayah Kecamatan Narmada menjadi keluhan. Hal itu pun diakui mengganggu kenyamanan dan juga keamanan wisatawan, bahkan berdampak pada terbatasnya aktivitas yang bisa dilakukan.
Kondisi ini salah satunya terjadi di Desa Wisata Buwun Sejati, yang pernah memenangkan Anugerah Desa Wisata (ADWI) pada 2022 lalu. Karena masih terjaga kealamiannya, jalan menuju objek wisata di desa tersebut masih banyak dihiasi kebun dan sawah. Sehingga membutuhkan penerangan agar tak membatasi aktivitas wisatawan yang menginap. Baik di objek wisata camping ground, maupun di homestay.
Kades Buwun Sejati, Muhidin menyebut jika pihaknya sudah berkali-kali mengusulkan pengadaan lampu penerang jalan umum (PJU) untuk wilayah tersebut. Namun, sejak masa kepemimpinan mantan Bupati Fauzan Khalid, hingga saat ini tak kunjung ada realisasi.
“Banyak teorinya Pemda itu, kita dijanjikan sejak zamannya Pak Fauzan, tapi nyatanya tidak ada (realisasi, Red),” ketusnya, saat dikonfirmasi Jumat (07/01/2025). Kendati Pemerintah Desa diakuinya sudah menganggarkan untuk pengadaan dan pemeliharaan lampu LED, yang angkanya mencapai Rp80 juta per tahun. Meski lampu itu saat ini belum mampu memberi penerangan maksimal.
Menurut Muhidin, jika kawasan tersebut diguyur hujan yang seringkali dibarengi petir akan menyebabkan banyak lampu LED yang mati. “Di sini kalau malam kan sangat gelap, banyak kebun, jarak rumah satu dengan lainnya jauh,” tutur dia.
Terlebih jalur utama untuk memasuki wilayah Buwun Sejati yang sudah 13 tahun menjadi desa wisata tersebut melalui Suranadi yang juga kondisinya gelap. Sampai saat ini pemda pun disebutnya belum pernah memasangkan PJU di sana.
“Dari Suranadi masuk kemudian sampai Taufik II itu kan butuh penerangan. Kemudian dari Taufik II sampai ke Aik Nyet itu ya butuh sekitar 30 an lampu. Dan dana desa ga akan mampu segitu,” terangnya.
Pihaknya berharap ada perhatian lebih dari pemda terhadap desa wisata yang ada. Karena sejauh ini, mereka telah berhasil mengangkat nama daerah dan mendatangkan wisatawan. “Namanya wisata kan identik dengan fasilitas, infrastruktur maupun penerangan lampu jalan juga. Sehingga para pengunjung tidak hanya sampai siang, tapi juga malam. Apalagi ada wisata camping ground,” jelasnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua Pokdarwis Dewi Sedau, Sophia yang menyebut kondisi gelapnya jalan menuju beberapa objek wisata di Desa Sedau menjadi penghambat aktivitas wisatawan. “Sangat gelap, apalagi yang ke Gunung Aur dan Bale Sipon. Jadi kami membatasi kegiatan wisatawan yang datang ke sana hanya sampai jam 6 sore untuk ke Bale Sipon,” ungkapnya.
Kendati kawasan Gunung Jae saat ini sudah memiliki penerangan, itu pun berkat bantuan melalui dana aspirasi dari mantan Ketua DPRD Lobar, Nurhidayah tahun lalu. Sehingga terdapat kurang lebih penambahan 4 PJU menuju objek wisata camping ground tersebut.
Padahal sebelumnya, Desa Wisata Sedau pernah dicanangkan menjadi pilot project bantuan bola lampu tenaga surya dari kementerian. Bersama dengan belasan desa wisata lainnya. Namun, diakui Sophia hingga kini tak ada kejelasan terkait bantuan tersebut.
“Dulu di tahun 2023 pernah mendapat bantuan penerangan sebanyak 22 lampu tenaga surya. Tapi yang sudah terpasang baru 2 saja di Gunung Jae. Dan hilang kabar sampai sekarang,” bebernya.
Pemasangan lampu yang kala itu dihadiri oleh beberapa OPD tersebut nyatanya hanya seremonial belaka. Yang hingga kini justru mangkrak tanpa kejelasan. “Namun kami tidak tahu kenapa setelah acara itu, hilang cerita. Beberapa tiangnya yang belum terpasang saja masih ada di Gunung Jae,” heran perempuan berhijab ini.
Sehingga pihaknya pun berharap agar Pemda bisa lebih serius memberi perhatian kepada Desa Wisata yang ada. Terlebih saat akhir pekan, beberapa objek wisata di Sedau bahkan dikunjungi oleh ratusan wisatawan. “Harapan kami kepada Pemerintah untuk bisa lebih difasilitasi lagi kebutuhan yang terkait dengan pariwisata di Desa secara fokus. Termasuk infrastruktur pendukung lainnya,” tandasnya. (yud)