Lombok Barat (Inside Lombok) – Proyek penataan kawasan lingkar Taman Narmada yang dilakukan Pemda Lobar sudah bertahun-tahun mangkrak. Hal ini pun menggerakkan hati Pemdes bersama warga Dusun Peresak Utara, Desa Peresak untuk mencoba mulai mengembangkan wisata di kawasan Kebon Datu.
Penunggu wisata Kebon Datu, Haerun Nasirin menuturkan bahwa mereka memanfaatkan aliran sungai di kawasan tersebut untuk river tubing. Bahkan pihaknya berencana membuka camping ground serta kolam renang di area tersebut.
Sebagai informasi, proyek mangkrak dari Pemda Lobar itu telah dibangun oleh Dinspar Lobar sejak 2022 lalu. Namun hingga kini, bangunan tersebut tidak dimanfaatkan dengan maksimal, sehingga menjadi perhatian pemdes dan warga setempat.
“Saya sebagai penunggu berharap agar bangunan ini diperhatikan (dimanfaatkan), supaya adik-adik para remaja kita disini bisa mengembangkan untuk memajukan ekonomi warga kami disini (Dusun Peresak Utara),” ujar Nasirin saat ditemui di Kebon Datu, Selasa (30/07/2024).
Dia mengaku baru empat bulan menjadi penunggu di sana. Semenjak warga membuka wahana river tubing di sungai setempat, ada saja satu atau dua pengunjung yang datang meski tidak langsung ke lokasi bangunan tersebut. Sehingga dia menilai, untuk menambah daya tarik wisatawan, ke depannya perlu disiapkan wahana pendukung lainnya di sana.
Dari lokasi yang sama, salah seorang warga, Sahrul Hadi juga mengutarakan hal serupa. Bahwa sejak dua minggu lalu, dirinya dan para remaja, sudah mulai menata dan membersihkan sepanjang aliran sungai tersebut. Karena mereka berencana membuka kolam dan camping ground yang diharapkan bisa dibantu oleh pemdes melalui dana desa (DD). Karena kebanyakan warga saat ini lebih menggemari camping ground di pinggir sungai. “Tinggal kami tata,” ujarnya singkat.
Wahana river tubing dengan rute sepanjang 1,5 kilometer yang dibuka di sana mengambil titik awal dari sungai di sekitar Patung Sapi, Tanak Tepong kemudian selesai di sungai persis di bawah lokasi Kebon Datu dan juga bisa di Batu Kuta. “Alhamdulillah ada pengunjungnya, pada hari Sabtu-Minggu. Bahkan ada bule sudah main ke sini, dan dari Jawa,” tuturnya.
Tarif untuk river tubing pun berkisar dari Rp50 ribu, dan jika ditambah dengan paket makan menjadi Rp100 ribu. Pihaknya pun telah menyediakan berbagai peralatan pelengkap seperti pelampung, jaket dan helm. “Kami dibantu desa,” imbuhnya.
Namun yang saat ini masih menjadi kendala dalam pengembangan river tubing tersebut diakuinya adalah masih banyaknya warga yang membuang sampah ke sungai. Sehingga pihaknya pun rutin turun membersihkan sampah-sampah di sepanjang jalur sungai tersebut.
Selain itu, Sahrul juga menyebut bahwa kendala yang juga mereka alami terkait dengan peralatan yang belum memadai. Sehingga nantinya diharapkan pengadaannya bisa dibantu melalui DD.
Sementara itu, Kadus Presak Utara, Suseno Hardiantoro mengaku sangat bersyukur karena warganya ada inisiatif untuk mengembangkan sungai di kawasan tersebut. “Pihak desa membuka tangan untuk membantu,” ungkapnya.
Nantinya, Bumdes akan mengelola kawasan itu dengan membangun sejumlah wahana pendukung, guna dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke sana. “Makanya kami mulai dari bawah ini, kalau sudah ramai, maka diharapkan naik ke atas. Ini untuk menghidupkan proyek yang terbengkalai ini,” jelasnya.
Hal senada juga diutarakan oleh Kades Peresak, Bahri yang menyebut bahwa saat ini, pihak desa tengah berupaya memaksimalkan pemanfaatan bangunan di kawasan Kebon Datu tersebut. “Kami sudah bantu peralatan dulu,” bebernya.
Namun terkait bagaimana komitmen desa untuk membantu penataan dan penambahan wahana seperti yang telah diusulkan warga, pihaknya akan berupaya secara bertahap. Nantinya pihak desa akan mengupayakan melalui DD pada APBDes perubahan. “Kalaupun jumlahnya tidak besar, tapi desa berkomitmen mendukung warga untuk mengembangkan kawasan itu,” pungkas Bahri. (yud)