Lombok Barat (Inside Lombok) – Dinas Kesehatan (Dikes) Lobar belum dapat mengetahui penyebab pasti keracunan 78 santri di salah satu pondok pesantren (ponpes) di Kecamatan Kediri pekan lalu. Pasalnya, sampel makanan yang dikonsumsi para santri tidak bisa didapatkan.
Saat peristiwa keracunan, banyak diantara korban yang ketika diperiksa mengeluhkan sakit perut, kemudian mual dan muntah, hingga demam. “Cuma memang tidak ditemukan sampel makanan, karena kan kita (petugas kesehatan) turun hari Senin, sedangkan kejadiannya Jumat,” terang Kadis Dikes Lobar, Arief Suryawirawan saat dikonfirmasi, Kamis (12/12/2024).
Dijelaskan, efek keracunan yang terjadi kemarin bervariasi. Ada santri yang langsung merasakan gejala jarak satu jam setelah mengkonsumsi makanan tersebut. Namun, ada juga yang baru merasakan efeknya setelah 24 jam.
Di sisi lain, lantaran tidak bisa mendapatkan sampel makanan yang dikonsumsi para santri, pihaknya tidak bisa melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan penyebab pasti keracunan para santri tersebut.
Areif pun menyebut, bahwa para santri yang keracunan tersebut dirawat terpisah di beberapa faskes di Lobar, setelah masing-masing santri dibawa pulang oleh orang tuanya. “Yang dirawat di Puskesmas Kediri 15 orang, di Labuapi 11, Puskesmas Gerung 13, RSUD Awet Muda Narmada 14, RSUD Tripat Gerung 25 orang,” bebernya.
Atas kejadian ini, pihak Dikes pun telah meminta kepada petugas Puskesmas Kediri untuk memberikan penyuluhan ke ponpes-ponpes yang ada terkait bagaimana cara mengolah makanan yang bersih. Karena biasanya para petugas dapur di ponpes membeli bahan untuk dimasak sejak pagi hari, kemudian baru diolah saat sore harinya.
Ditegaskan pihaknya, pengolahan bahan makanan tetap harus sesuai standar. Termasuk juga soal pentingnya bagi ponpes untuk menyediakan dapur yang bersih. “Saya berpikir mungkin perlu kita melakukan sosialisasi ke semua ponpes terkait higienitas ini, dan termasuk soal menunya yang juga harus memenuhi kebutuhan gizi,” tegasnya. (yud)