Lombok Tengah (Inside Lombok) – Sampai dengan September ini masih ada enam kecamatan yang terdampak kekeringan di Kabupaten Lombok Tengah (Loteng). Antara lain Praya Timur yang menjadi kawasan terdampak paling parah, disusul Praya Tengah, Praya Barat, Praya, Pujut, dan Jonggat.
Pemerintah Daerah (Pemda) Loteng pun telah mengeluarkan status darurat kekeringan untuk kabupaten itu, terhitung mulai 5 Juli 2023 lalu. Mendekati akhir musim kemarau, status itu belum diubah lantaran dampak kekeringan masih dirasakan di masing-masing kecamatan.
Kepala BPBD Lombok Tengah, H. Ridwan Ma’ruf mengatakan melihat kondisi saat ini sebagian wilayah Loteng masih ditetapkan statusnya sebagai siaga darurat kekeringan. “Kecamatan yang paling parah yaitu Praya Timur. Kalau dilihat dari permintaan masyarakat akan air bersih setiap harinya,” ujarnya.
Dijelaskan, di Kecamatan Praya Timur ada beberapa desa yang terdampak kekeringan. Antara lain Desa Semoyang yang terdampak paling parah, disusul desa-desa lainnya. Untuk itu pihaknya telah menyalurkan air bersih sebanyak 52 tangki.
“Sudah 20 tangki air bersih di Desa Semoyang yang disalurkan di sana yang tersebar di 10 dusun, kemudian di Desa Kidang sudah 10 tangki air bersih di enam dusun. Selanjutnya di Desa Labulia sebanyak 6 tangki di enam dusun, dan Puyung 4 tangki di empat dusun,” terangnya.
Sementara itu, jumlah jiwa yang terdampak kekeringan di Loteng sebanyak 231.622 jiwa dan tersebar di enam kecamatan. Seperti halnya, Praya Timur total jumlah terdampak adalah 33.119 KK, Praya Tengah 33.533 KK, Praya 3.210 KK, Praya Barat 42.160 KK terdampak, Pujut 56.140 dan Kecamatan Jonggat sebanyak 24.424 KK.
“Stok air bersih kita masih aman. Meski jatah air bersih kita sesuai dengan anggaran hanya 100 tangki,” imbuhnya. (fhr)