Lombok Timur (Inside Lombok) – Pemerintah Daerah (Pemda) Lombok Timur (Lotim) sampai saat ini belum mengubah status bencana kekeringan yang melanda dari siaga menjadi tanggap bencana. Padahal beberapa daerah sudah mengalami krisis air bersih.
Dampak kekeringan itu salah satunya dirasakan warga di Desa Seriwe, Kecamatan Jerowaru. Salah seorang warga, Nuruddin bahkan mengaku sejak beberapa bulan terakhir masyarakat setempat mengalami krisis air bersih termasuk untuk kebutuhan konsumsi.
Kondisi itu pun memaksa warga membeli air seharga Rp5-7 ribu per jeriken di mobil tangki yang datang guna mencukupi kebutuhan setiap harinya. “Sampai saat ini masih belum ada distribusi air dari pemda,” ucapnya, Jumat (18/08/2023).
Menanggapi hal tersebut, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lotim, Lalu Muliyadi mengakui pihaknya belum dapat menyalurkan air secara serentak ke wilayah yang terdampak kekeringan, karena Pemkab Lotim belum menaikkan status kekeringan menjadi status tanggap bencana.
“Belum bisa kita lakukan untuk distribusi secara serentak saat ini,” katanya. Adapun bagi masyarakat yang terdampak kekeringan dan membutuhkan distribusi air bersih, Muliyadi meminta pemerintah desa setempat bersurat ke BPBD untuk kebutuhan air bersih.
Adapun sampai saat ini Pemda Lotim belum menaikkan status darurat kekeringan karena hal itu baru bisa dilakukan jika telah dilakukan pengkajian dan pengamatan langsung di lapangan, mendengar pendapat OPD terkait, laporan tertulis permintaan air distribusi air bersih.
Tak hanya itu, faktor lain yang dinilai dalam meningkatkan status kekeringan di Lotim juga dilihat dari kajian teknis BPBD, dan perbandingan masalah yang sama dengan tujuh kabupaten/kota di NTB. “Tapi yang paling penting dari semua faktor itu adalah laporan tertulis dari desa,” pungkasnya. (den)