Lombok Timur (Inside Lombok) – Bulayak menjadi salah satu makanan khas lebaran di beberapa wilayah di Pulau Lombok. Daun pohon aren yang menjadi bahan bakunya pun ikut diburu di pasaran untuk membuat makanan tersebut.
Bulayak sendiri hampir sama dengan ketupat, hanya saja perbedaannya terletak pada bungkusnya. Di mana ketupat terbuat dari daun muda pohon kelapa sedangkan bulayak memiliki bungkus yang terbuat dari daun muda pohon aren.
Untuk isian sendiri masih sama yakni menggunakan beras, hanya saja bentuk dari bulayak dibuat memanjang sedangkan ketupat pada umumnya dibuat seperti segi empat. Sehingga untuk mempertahankan makanan khas Pulau Lombok tersebut beberapa daerah seperti Desa Aikdewa, Pringgasela, Jurit dan beberapa desa lainnya masih tetap membuat bulayak.
Terlihat di Desa Aikdewa, masyarakat setempat beramai-ramai berburu daun muda pohon aren untuk dijadikan bulayak. Bahkan masyarakat rela menunggu kedatangan para pedagang daun aren di pinggir jalan sejak pagi hingga sore hari.
“Bulayak tidak terlepas dari masyarakat Desa Aikdewa dan sudah menjadi makanan inti pada hari lebaran, sehingga itu sudah menjadi kewajiban dan rela menunggu para pedagang,” ucap Yulaini, salah seorang warga Aikdewa, Rabu (19/04/2023).
Seorang warga lainnya, Ramli juga menuturkan bahwa hampir sebagian besar masyarakat Aikdewa membuat bulayak untuk dibuat menjadi hidangan utama pada momen lebaran sebagai pengganti ketupat. “Kita memiliki tradisi ini sejak lama, maka tidak boleh hilang,” tuturnya.
Tak tanggung-tanggung masyarakat rela berebut daun aren ketika pedagang baru saja berhenti di pinggir jalan, bahkan tak perlu melakukan tawar menawar agar mereka tak kehabisan stok.
Seorang pedagang daun aren, Supah mengaku bahwa daerah dagang yang paling laris berada di Desa Aikdewa. Pasalnya, semua masyarakat membuat bulayak sebagai pengganti ketupat. Berbeda dengan desa lainnya hanya segelintir orang yang masih membuat bulayak.
“Daerah pasar kita ketika menjelang lebaran itu yang paling laris di Desa Aikdewa, selain itu ada juga di desa-desa lain tapi tidak seramai di sini,” ungkapnya. (den)