Lombok Timur (Inside Lombok) – Dalam rangka memperkenalkan potensi wilayah masing-masing serta meningkatkan kreativitas masyarakat, hampir masing-masing desa di Lombok Timur (Lotim) memiliki eventnya sendiri, baik itu event budaya, wisata, olahraga, seni, dan lainnya. Bahkan dalam merangkum itu semua, Dinas Pariwisata (Dispar) melalui BPPD telah melakukan kurasi dan memasukkannya dalam Calender of Event Pariwisata Lotim.
Pelaksanaan event di desa tentunya sangat baik untuk memperkenalkan potensi yang ada di wilayah tersebut, ini juga menunjukkan bahwa kreativitas dan sumber daya manusia yang ada di Lotim tak kalah dengan kabupaten/kota lainnya. Sehingga hal itu membutuhkan peran dukungan dari semua pihak, termasuk penganggaran dari desa masing-masing.
Penjabat Bupati Lotim, M. Juaini Taofik mengapresiasi kreativitas meningkatkan promosi desa dan daerah, di mana terdapat 99 desa dari 239 desa yang telah diresmikan menjadi desa wisata. Dalam desa wisata tersebut mengandalkan potensinya masing-masing, baik itu wisata alam, buatan, keragaman budaya, dan bahkan atraksinya.
“Dari sini sebenarnya harapan kita karena di desa itu juga punya kewenangan lokal berskala desa, event-event di desa itu sebenarnya dapat dibiayai dari dana desa dan tentunya melalui penyusunan APBDes,” ucapnya, Selasa (05/11/2024).
Taofik mendorong kepada para kepala desa (kades) untuk lebih memperhatikan kegiatan-kegiatan atau event yang ada di desa seperti Alunan Budaya Pringgasela, Gawe Adat Loyok, Gawe Desa Aikdewa, Batur Rumbuk, dan masih banyak lainnya karena dengan tujuan meningkatkan eksistensi desa dan membuat betah warga di dalamnya.
“Ada desa yang menganggarkan dan ada juga yang belum, untuk itu saya mendorong semua kades untuk lebih memperhatikan kegiatan-kegiatan seperti itu. Tidak semata-mata harus infrastruktur, tapi juga memperhatikan kegiatan masyarakat,” ujarnya.
Bahkan Taofik juga menegaskan ia selaku pemimpin di daerah juga tidak tinggal diam dalam mendukung kegiatan positif masyarakatnya, selama ada kemampuan penganggaran maka akan dialokasikan untuk menyukseskan event-event tersebut.
“Namanya membangun itu tidak mesti setahun dua tahun, dalam perkembangannya jika event ini dapat dirasakan kebermanfaatannya dan nilai-nilai di dalamnya. Jangan hanya berpikir sukses itu hanya dapat diraih setahun dua tahun, bahkan ada orang yang sudah 10 tahun baru hasilnya terlihat,” jelasnya.
Ia berpesan kepada semua kades yang memiliki event di desa masing-masing untuk mendukung kreativitas untuk meningkatkan eksistensi potensi yang ada di di desa tersebut, tentunya dengan dukungan moril dan materil karena kesuksesan tak cukup dengan kata-kata saja, melainkan juga disertai dengan dukungan anggaran. (den)