Lombok Timur (Inside Lombok) – Protes demi protes dilakukan oleh masyarakat di sekitar tambang yang merasa dirugikan oleh aktivitas pertambangan. Bahkan beberapa waktu lalu terjadi peristiwa pembakaran di beberapa titik lokasi tambang termasuk di wilayah Korleko Selatan. Hal itu terjadi lantaran salah satu pemilik tambang di wilayah Korleko Selatan menyiapkan orang bayaran untuk menghadang aksi massa.
Peristiwa pembakaran tersebut terjadi pada Senin (4/11/2024) lalu, di mana itu bermula pada saat massa dari beberapa wilayah termasuk warga Korleko Selatan melaksanakan aksi untuk mengeluarkan alat berat dari lokasi pertambangan ilegal.
Beberapa lokasi tambang di wilayah tersebut secara baik menerima tuntutan massa untuk mengeluarkan alat berat agar tidak terjadi aktivitas galian sebelum ada koordinasi dengan daerah dari hasil demonstrasi di provinsi. Namun nampaknya aksi tersebut ditolak oleh salah satu pemilik tambang dan diduga menyiapkan orang bayaran untuk menghadang aksi massa.
Salah seorang massa aksi, Rusliadi mengklarifikasi bahwa pada isu yang beredar massa dituduh membawa senjata tajam dalam aksi tersebut dan terkesan mengintimidasi pemilik tambang agar mau menuruti tuntutan massa. Namun ia membantah bahwa tidak ada dari massa atau warga yang membawa senjata tajam pada aksi tersebut, bahkan ia menduga senjata tajam tersebut dibawa oleh orang bayaran yang disiapkan oleh pemilik tambang. “Masyarakat marah karena yang membawa senjata tajam itu adalah orang sewaaan dari pihak penambang,” ucapnya, Jumat (08/11/1014).
Bahkan dikatakannya, perwakilan massa juga mendatangi Kasat Pol PP untuk klarifikasi, dan mengakui bahwa dia dibantu oleh Polmas dan Babinsa untuk mengamankan senjata tajam tersebut. Bahkan ia mengungkapkan pada saat aksi di lokasi tambang, operator menyalakan mesin dan dinilai sengaja memutar alat berat yang berpotensi mengancam keselamatan warga.
“Kenapa dia ribut karena disaat disuruh mengeluarkan alat berat, operator alat itu menghidupkan mesinnya sambil memutar paket alat berat sehingga masyarakat merasa terancam keselamatannya,” tuturnya.
Terkait pembakaran tersebut, Rusliadi mengaku bahwa tidak tahu akan ada aksi tersebut lantaran tidak ada dalam rencana. Namun ia menilai pembakaran tersebut lantaran faktor kekecewaan karena tuntutan tidak didengar dan diintimidasi oleh senjata tajam yang diduga dilakukan oleh orang bayaran pemilik tambang.
“Kita tidak ada dalam rencana untuk pembakaran, mungkin itu dari kekecewaan dari masyarakat karena aksi itu terdiri dari 7 desa terkena dampak galian C yang mana dari Teko, Tanak Gadang, Anggaraksa, Tirtanadi, Mudung, Korleko Selatan, dan Korleko,” jelasnya.
Sementara itu, salah seorang saksi mata lainnya yakni inisial A mengaku bahwa membenarkan ada dugaan orang bayaran yang menjaga lokasi tambang galian C dengan membawa senjata tajam, bahkan jumlahnya mencapai puluhan. Ia juga menuturkan bahwa orang-orang tersebut sempat mengintimidasi salah seorang warga dengan senjata tajam. “Ia memang benar adanya ada puluhan orang bayaran dan ada yang membawa senjata tajam. Beruntung petugas keamanan berhasil menyita parang itu,” tegasnya.
Bahkan A menuturkan bahwasanya senjata tajam yang diduga dibawa oleh orang bayaran tersebut berhasil diamankan oleh petugas dan dibawa ke Polsek setempat. A menyayangkan aksi pemilik tambang yang menyiapkan orang bayaran demi menghadang aksi massa.
“Kalau saja tidak ada intimidasi dan penolakan untuk mengeluarkan alat berat tidak akan terjadi keributan. Pemilik tambang yang lainnya malah legowo menuruti tuntutan massa, tapi salah satu pemilik tambang ini malah tidak seperti itu,” tegasnya.
Protes demi protes terus dilayangkan oleh warga di sekitar tambang galian C ilegal kepada pemerintah untuk bertindak tegas atas apa yang mereka perbuat hingga berdampak kepada masyarakat. Pasalnya di wilayah Korleko dan Korleko Selatan sendiri sudah belasan tahun menerima dari dampak galian C yang membuat tercemarnya air irigasi masyarakat.
“Kita sudah belasan tahun menerima dampak dari galian C ini, sudah capek kita sabar, sudah capek kita diam. Kini kita bersuara demi kepentingan orang banyak tapi sangat disayangkan ada pemilik tambang yang menyediakan orang bayaran,” pungkasnya. (den)