Lombok Timur (Inside Lombok) – Petani di wilayah Lombok Timur tengah berhadapan dengan kondisi langkanya pupuk subsidi di tingkat pengecer. Hal itu pun menjadi keluhan, lantaran harga pupuk yang beredar jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) yang telah diatur oleh pemerintah.
Salah seorang petani di Kecamatan Lenek, Mahdi mengatakan persoalan kelangkaan pupuk masih menjadi hal yang terus dihadapinya ketika memasuki musim tanam. Terlebih langkanya pupuk bersubsidi dan harganya yang mahal membuatnya dilema.
Mau tidak mau, demi keselamatan tanamannya, ia terpaksa menebus pupuk dengan harga mahal. Di mana harga pupuk subsidi saat ini berkisar antara Rp400-450 ribu per kwintalnya. Harga tersebut tentu hampir dua kali lipat kenaikannya jika dibandingkan dengan HET yang berada pada harga Rp225 ribu per kwintalnya. “Harga pupuk sekarang mahal untuk yang subsidi aja bisa seharga Rp450 ribu per kilogramnya,” tegasnya, Rabu (17/01/2024).
Kepala Dinas Pertanian (Distan) Lotim, Sahri menjelaskan penyebab adanya kelangkaan pupuk lantaran kuota yang diberikan menurun yang jauh dari jumlah kebutuhan yang diusulkan. Ia menyebut di 2024 ini pihaknya mengusulkan pupuk jenis rrea sebanyak 33.430 ton, dan NPK 43.225 ton.
“Dari usulan itu, kita hanya diberikan kuota Urea 17.648 ton dan NPK 12.700 ton,” ungkapnya. Menyikapi persoalan tersebut, pihak Distan Lotim menyarankan agar para petani beralih ke pupuk yang non subsidi atau organik.
Peralihan jenis pupuk itu lantaran jumlah kuotanya pupuk subsidi yang disebut memang terbatas. Terlebih juga saat ini telah ada sistem Bio Saka yakni pemupukan dengan menggunakan bahan alami. “Bisa juga menggunakan sistem Bio Saka yakni dengan menggunakan tanaman dari tujuh jenis yang dikumpulkan menjadi satu,” tuturnya. (den)